Denpasar, Balijani.id – Tiga tahun berlalu, pandemi Covid-19 belum juga berakhir. Kasus yang menyebabkan banyaknya nyawa melayang sia-sia bahkan belum berakhir hingga saat ini, selain menimbulkan perekonomian terjun bebas akibat sektor pariwisata yang menopang Bali anjlok, juga mengakibatkan fokus terhadap penyakit lain khususnya penderita HIV AIDS terabaikan.
Para ODHA yang juga mengalami dampak akibat Covid-19, yang diketahui lebih memilih untuk menghentikan pengobatan rutinnya. Selain mereka merasa minder dengan penyakit yang dianggap memalukan ini, mereka juga enggan mengambil obat di rumah sakit, yang tergolong memiliki jarak jauh dari lokasi tempat tinggal mereka.
“Sebagian besar Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang memilih pulang kampung dan merasa kesulitan ekonomi untuk pergi ke kota mengambil obat. Sehingga sebagian dari mereka lebih memilih untuk membiarkan hidup mereka tanpa penanganan obat. Laporan harian pandemi Covid-19 menyebabkan kasus pengidap HIV AIDS menjadi sedikit dilupakan penambahan kasusnya, namun seperti yang kita ketahui semua bahwa layanan pengobatan pengidap HIV AIDS tetap dilakukan dengan baik oleh para medis,” hal ini diungkapkan Wakil Gubernur Bali Prof. Tjok. Oka Artha Ardhana Sukawati saat menerima audensi dari Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali AA Ngurah Patria Nugraha dan rombongannya, di ruang tamu Wagub Bali, Kamis (24/2).
Ditambahkan oleh Wagub Cok Ace, merujuk dari kondisi saat ini pihaknya sangat mendukung jika kader desa peduli AIDS dan Narkotika kembali di aktifkan untuk melakukan sosialisasi bahayanya pergaulan bebas para generasi muda, yang merupakan masa depan bangsa.
“Saya sangat setuju dan mengapresiasi keberadaan kader desa peduli AIDS dan Narkotika yang memang memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi dan pendekatan moril kepada anak-anak khususnya remaja di desa, baik itu melalui sekolah dan juga pertemuan khusus disiapkan oleh pihak terkait. Karena tanpa adanya penyebaran informasi dan pemahaman terkait apa itu HIV AIDS serta Narkotika dan bahaya yang ditimbulkan, maka masyarakat terutama generasi muda tidak akan tahu bagaimana cara untuk menghindari dan terlepas dari pergaulan bebas,” imbuhnya.
Selama pandemi Covid-19 yang menyulitkan komisi penanggulangan AIDS untuk turun ke lapangan, sesuai laporan yang disampaikan oleh Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Bali Anak Agung Ngurah Patria Nugraha bahwa pihaknya memiliki dua (2) buah buku yang siap untuk disalurkan ke KPA seluruh Bali, yang siap untuk disosialisasikan di tahun 2022 ini, salah satunya berjudul “aku tahu tentang AIDS dan Narkotika”.
Menganggapi hal ini, Wagub Cok Ace meminta agar Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi Bali juga menyiapkan sosialisasi yang baik dan terarah, yang mudah dicerna oleh generasi muda melalui penyiapan elektronik_book (E_book), dimana didalamnya menjabarkan informasi terkait apa itu HIV AIDS, apa penyebab utamanya dan bagaimana cara menghindarinya, dan tentunya mudah ditampilkan dan diakses oleh banyak orang.
Selain E_book, ketersediaan obat bagi Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) juga diharapkan dapat dipermudah, yakni disiapkan pada tingkat puskesmas, sehingga bagi mereka yang menjalani pengobatan secara rutin dapat lebih mudah untuk mendapatkan obat dan penanganan medisnya. (002/red)