Menu
Berita Sarin Gumi Nusantara

Urgensi Orang Tua Menjadi Tempat Curhat Anak

  • Bagikan

Oleh : Nyoman Sarjana

CEO Balijani.id

Balijani.id ~ Banyak orang tua yang mereduksi kasih sayang menjadi hanya berupa benda dan uang. Ia merasa menyayangi anaknya ketika berhasil membelikan apapun keinginan anaknya. Bahkan ketika anaknya lagi sedih atau marah, tak jarang benda atau uang menjadi solusi untuk menghilangkan kesedihan atau kemarahan anak. Dari perlakuan orang tua yang seperti ini, akhirnya anak belajar bahwa yang dimaksud disayang adalah ketika segala keinginannya dipenuhi oleh orang tuanya.

Namun benda atau uang hanyalah sebuah materi sedangkan jiwa adalah non materi. Maka mustahil sebuah benda materi bisa menenangkan jiwa yang non materi. Benda-benda materi mungkin bisa mengalihkan sesaat perhatian anak dari kegundahan hatinya, namun tidak mungkin bisa menenangkan hatinya secara menyeluruh. Anak bisa senang sesaat dan kesenangan ini bisa mengalihkan kesedihan atau kemarahannya, namun benda-benda materi pada dasarnya bersifat jenuh, sehingga lama kelamaan anak pun akan bosan dengan berbagai benda ataupun uang yang diberikan kepadanya.

Karena jiwa adalah non materi, maka berbagai perasaan yang dirasakan oleh manusia pun bersifat non materi. Sehingga pendekatannya pun mesti bersifat non materi, yaitu dari hati ke hati. Setiap manusia selalu butuh cinta dan perhatian, maka hati yang mampu memberikan perhatian dan cinta juga yang bisa menyelesaikan kegundahan hati. Benda dan uang tak memiliki hati, namun kita sebagai orang tua selalu bisa menghadirkan hati kita kepada anak.

Pada usia pra TK, seorang anak mulai banyak bercerita, bertanya berbagai hal, dan bermain dengan imajinasinya. Inilah momen yang tepat bagi orang tua untuk setia menemani dan mendengarkan berbagai cerita anak. Orang tua yang dengan ketulusan hatinya mau mendengarkan cerita anak, akan membuat hati kita sebagai orang tua dan hati anak semakin kuat menyatu. Dengarkan tanpa mesti menghakimi ceritanya. Apalagi saat anak bermain dengan imajinasinya, maka larutlah juga dalam permainan imajinasi anak. Tanggapi setiap cerita imajinasi anak seolah itu adalah fakta.

Dengarkan dan tanggapi pertanyaan anak tanpa menghakimi dirinya. Karena penghakiman membuat anak merasa tidak aman bercerita. Pada setiap tahapan usia tentu berbeda-beda dalam menanggapi cerita anak, namun secara umum, posisikan diri kita sebagai pendengar yang baik. Bukan sebagai penyuruh yang cerewet.

Ketika kita melakukan hal ini dengan kesabaran dan ketulusan hati, maka hati anak pun tidak akan mudah gundah saat menghadapi berbagai masalah di luar rumah. Karena anak selalu tahu, bahwa ada kita di rumah yang selalu mengerti dan memahami dirinya.

[ Red/BJ ]

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *