Berita Sarin Gumi Nusantara
RedaksiIndeks

Siapa Bermain Dibalik Peralihan HGB Golf Pancasari Bisa Dikelola Investor Rusia ?

Buleleng, Balijani.id ~ Pengelolaan lahan strategis seperti Sarana Bali Handara Golf di Pancasari oleh perusahaan Rusia membuka tabir baru kelemahan aparat desa dan bendesa adat dalam menjaga aset lokal.

Alih-alih menjadi pelindung masyarakat dan pengawal tradisi, mereka justru terkesan membiarkan proses ini berlangsung dalam ketertutupan. Siapa yang sebenarnya bermain di balik layar?

Minimnya pelibatan masyarakat dan pemerintah daerah dalam proses kontrak ini menjadi sorotan utama. Bagaimana bisa aset strategis yang menjadi ikon pariwisata Bali diserahkan begitu saja tanpa transparansi?

Apakah aparat desa dan bendesa adat tidak paham betapa pentingnya aset ini bagi ekonomi lokal, atau mereka sengaja diam demi kepentingan tertentu?

Ketika masyarakat lokal mendapati diri mereka hanya sebagai penonton dalam keputusan besar yang menyangkut masa depan wilayah mereka, ini adalah cermin jelas kegagalan aparat desa dan adat dalam menjalankan mandat mereka.

Sebagai penjaga nilai adat dan kepentingan masyarakat, bendesa adat semestinya menjadi garda terdepan dalam memastikan bahwa keputusan strategis seperti ini sejalan dengan prinsip keberlanjutan dan manfaat kolektif.

Namun, kasus ini justru menyoroti lemahnya posisi mereka dalam melindungi aset lokal. Apakah mereka tak lagi memegang prinsip perjuangan untuk masyarakat, atau ada kepentingan yang mengikat mereka?

Pengalihan pengelolaan ini tidak hanya menjadi persoalan ekonomi, tetapi juga ancaman terhadap keberlanjutan lingkungan dan keseimbangan budaya.

Masyarakat lokal yang bergantung pada kawasan ini berpotensi kehilangan mata pencaharian, sementara kawasan wisata yang dikelola tanpa pertimbangan ekologi bisa meninggalkan jejak kehancuran. Di mana suara aparat desa dan bendesa adat dalam isu krusial ini?

Pemerintah daerah dan otoritas adat wajib bertindak tegas. Masyarakat Bali berhak mendapatkan penjelasan transparan terkait proses ini.

Selain itu, perlu ada audit menyeluruh untuk memastikan tidak ada pihak yang mempermainkan aset lokal demi kepentingan pribadi atau kelompok.

Kasus ini adalah tamparan keras bagi aparat desa dan bendesa adat yang gagal memahami peran strategis mereka. Jika dibiarkan, bukan hanya Bali yang dirugikan, tetapi juga kepercayaan masyarakat terhadap sistem adat dan pemerintahan lokal.

Siapa yang sebenarnya bermain, dan sampai kapan mereka dibiarkan melenggang? Bali tidak bisa terus menjadi korban permainan yang mengorbankan masa depannya sendiri.

[ Reporter : Sarjana ]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *