Berita Sarin Gumi Nusantara
RedaksiIndeks
News  

Team Teaching Mata Kuliah Pendidikan Inklusif Sukses Gelar Seminar Sehari Kepada Mahasiswa IAKN Kupang

Nusa Tenggara Timur, Balijani.id ~ Sebanyak 415 Orang Mahasiswa Semester IV dan VI Asal Program Studi Pendidikan Agama Kristen (PAK) dan Bimbingan Konseling Kristen (BKK) Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Kupang Sukses Mengikuti Seminar Sehari Yang Dilaksanakan oleh sejumlah Dosen yang tergabung dalam team Teaching Mata Kuliah Pendidikan Inklusif.

Kegiatan ini dibuka dan ditutup oleh salah satu team Teaching, Nofriana Baun, M. Pd. K, yang berlangsung di Jemaat GMIT Hosana Sungkaen Naimata, Kota Kupang Sabtu, (20/04/2024) yang bertemakan “Pendidikan Ramah Anak Disabilitas”. ( Education For The Disabilities).

Dalam sambutanya Nofriana Baun, M. Pd. K, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan Pendidik PAK dan BKK kedepannya, maka mahasiswa perlu dipersiapakan mulai dini agar memiliki bekal baik dari pengalaman maupun Skill dalam mengenal dan berinteraksi dengan anak-anak disabilitas karena Pendidikan Inklusif sudah merupakan isu global yang harus ditanggapi secara serius.

“Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas bukan hanya membutuhkan teori saja namun perlu adanya praktek agar mahasiswa mempunyai persiapan ketika mereka jadi seorang guru dan berjumpa dengan siswa yang komunikasinya dengan menggunakan bahasa isyarat maka paling tidak mereka memiliki kemampuan untuk memahaminya. “ungkap Nofriana”.

Selain itu, Nofriana juga menyampaikan terima kasih kepada Ketua Komunitas Tuli Kupang dan juga Humas SLB Pembina Kota Kupang serta rombongan atas kerja samanya dengan penuh harapan semoga kegiatan ini tidak cukup sampai disini namun terus dilaksanakan pada waktu berikutnya. “Ungkapnya”.

Kegiatan tersebut telah diisi dengan sejumlah materi yang dibawakan oleh para narasumber yang memiliki pengalaman serta wawasan mendalam sesuai mata kuliah tersebut. Dalam actionnya, mahasiswa dibagi dalam sejumlah kelompok dan dilatih dalam penerapan materi secara praktek.

Kegiatan ini dihadiri oleh team teching mata kuliah tersebut, selaku penyelenggara kegiatan Nofriana Baun, M. Pd. K, Adriana I. S. Sole, M. Pd. K dan Norianti Pai Tiba, M. Pd.

Turut hadir pula Ketua Komunitas Tuli Kupang, Mario Lado sebagai narasumber dan juga salah satu guru senior SLB Pembina Kota Kupang, Juliana Flora Niron, S.Sos. MM, bersama rombongan 13 orang lainnya.

Sementara itu, sesi pertama materi dipaparkan oleh, Mario Lado dan rombongan tentang Budaya Tuli, Etika Berinteraksi dengan anak disabilitas dan bisindo dasar (Perkenalan nama, abcd, hari, dan angka serta sejenis lainnya).

Selanjutnya, Materi sesi ke dua disampaikan oleh, Juliana Flora Niron, S.Sos, MM, tentang SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indoensia) SIBI di buat oleh pemerintah untuk menolong tuna wicara di lembaga pendidikan.

Dijelaskan bahwa Manfaat dari bahasa ada 5 yakni ;

1.Sebagai sarana untuk melatih otak.

2. Membuka kesempatan seluas-luasnya didunia kerja,

3. Memudahkan untuk berkomunikasi bagi teman tuli,

4.Meningkatkan kesadaran di lingkungan kerja,

5. Mampu memperluas relasi. Artinya Sibi yang dibakukan oleh pemerintah melalui kamus sehingga menolong teman-teman tuli jika ada dalam dunia pendidikan maupun kerja. Akhir paparan materi ini mahasiswa di bagi dalam beberapa kelompok untuk mempraktekan bahasa isyarat yang baku.

Sesuai pantauan media ini, kegiatan tersebut berlangsung dengan interaktif dan terlihat mahasiswa sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti Materi disampaikan oleh semua narasumber dari awal pembukaan kegiatan hingga penutupan.

Diakhir kegiatan, salah satu mahasiswa Riska Snae ketika dikonfirmasi awak media ini menyatakan bahwa kegiatan ini membuat kami berpandangan bahwa semua orang memiliki hak yang sama baik untuk hidup, mendapatkan pendidikan, kesehatan dan pekerjaan maka sebenarnya tidak ada perbedaan antara yang disabilitas dan non disabilitas.

“Untuk itu melalui dua materi ini sangat memperkaya kami sebagai calon guru PAK dan guru BK untuk memahami bahasa isyarat sebagai aspek yang penting demi terbukanya akses yang lebih luas serta meningkatan sikap percaya diri kami saat berjumpa dan berkomunikasi dengan anak-anak disabilitas”, ungkap Riska.

Reporter : Jitro Atti

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *