Bali Tak Pernah Mati: Budaya Bangkit Lewat PKB dan FSBJ

Budaya Bali tak pernah mati di PKB dan FSBJ
Foto: Penampilan seni di panggung Ardha Candra saat PKB dan FSBJ (19/07)

budaya bali tak pernah mati

Denpasar, Balijani.id ~ Gema budaya Bali menggema semakin kuat di tengah tantangan zaman. Ribuan pasang mata terpaku pada Panggung Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali, Sabtu (19/7/2025) malam, saat dua momentum besar bertemu: penutupan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 dan pembukaan Festival Seni Bali Jani (FSBJ) ke-7. Malam itu, bukan sekadar seremonial biasa melainkan pernyataan tegas bahwa budaya Bali masih hidup, berkembang, dan tak akan pernah padam.

Gubernur Bali, Wayan Koster, dalam sambutannya menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi Bali untuk terus menjaga, melestarikan, dan memajukan seni budaya sebagai identitas utama Pulau Dewata. Ia mengapresiasi penuh peran para seniman, dari generasi muda hingga tua, yang dinilainya telah menjadi garda terdepan dalam merawat seni tradisi maupun seni kontemporer.

“Budaya Bali kuat, Budaya Bali tidak pernah mati karena generasi muda kita terus tumbuh dan menunjukkan keterlibatan nyata, sehingga kita tidak perlu khawatir. Seni dan budaya di Bali akan terus hidup, berkembang, dan diwariskan,”

tegas Gubernur Bali dua periode tersebut.

Koster juga menyoroti peran penting PKB dan FSBJ sebagai dua panggung besar yang menjadi ruang berekspresi para seniman tradisi maupun modern. Ia menyatakan bahwa keberadaan dua festival ini merupakan strategi kebudayaan konkret dalam memperkuat jati diri Bali di tengah derasnya arus globalisasi.

“Tidak ada pilihan lain bagi Bali jika ingin bertahan. Satu-satunya cara adalah komit menjaga dan merawat budaya kita. Lewat PKB dan FSBJ, para seniman kita semakin berkualitas, karya-karyanya semakin unik, dan penontonnya semakin banyak. Inilah yang membuat budaya Bali hidup dan akan terus berlanjut,”

ujarnya.

Selain menjadi panggung kesenian, PKB XLVII juga berdampak signifikan terhadap sektor ekonomi kreatif dan UMKM. Selama sebulan penyelenggaraan, pelaku usaha seperti Gede Yuta, penjual laklak asal Buleleng, mengaku meraup omzet hampir Rp100 juta. Hal senada disampaikan I Wayan Karmen dari Bangli, yang mencatat omzet Rp161 juta dari produk keben wayang.

Keduanya merasa sangat terbantu dengan fasilitas pameran gratis dan interaksi langsung antara penjual dan pembeli. PKB pun dinilai menjadi ajang penting silaturahmi budaya.

Salah satu pengunjung setia, I Ketut Rasmini (83), mengungkapkan kebahagiaannya karena bisa menonton pertunjukan dari pagi hingga malam setiap hari. Ia menyebut PKB tahun ini semakin berkualitas dan menjadi ruang pertemuan antara seniman, budayawan, dan masyarakat luas.

Penutupan PKB juga ditandai dengan penyerahan Penghargaan Adi Sewaka Nugraha kepada 9 seniman atas dedikasi mereka dalam pelestarian budaya, serta pemberian hadiah lomba dan sertifikat kepada 22 penerima lainnya. Acara malam itu dipungkasi dengan pertunjukan kolaboratif dari Sanggar Seni Kokar Bali dan SMKN 3 Sukawati yang memukau penonton.

Hadir dalam acara ini sejumlah tokoh penting, termasuk Ida Sri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pamayun, Sekda Provinsi Bali beserta istri, anggota Forkopimda, para bupati/walikota se-Bali, tokoh adat, budayawan, sastrawan, dan masyarakat pecinta seni budaya.

budaya bali tak pernah mati, pesta kesenian bali 2025, festival seni bali jani, budaya bali tidak mati, wayan koster bali, umkm bali pkb, seniman bali muda, seni kontemporer bali, panggung budaya bali, pkb fsbj bali
Budaya Bali tak pernah mati, PKB dan FSBJ buktikan semangat seni tetap hidup di tengah gempuran zaman | info lengkap hanya di balijani.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *