Sudaji Menuju Dunia: Desa Kecil di Utara Bali Siap Guncang Ajang Pariwisata Global UN Tourism 2025

Kepala Dinas Pariwisata Buleleng bersama tim saat rapat koordinasi persiapan Best Tourism Village UN Tourism 2025
Foto: Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara. (14/05)

Kadis Par Buleleng : Yuk Melali ke Buleleng

Buleleng, Balijani.id ~ Setelah menorehkan prestasi di berbagai ajang nasional dan internasional, Desa Wisata Sudaji di Kabupaten Buleleng kembali bersiap membuat sejarah. Tahun 2025, desa yang dikenal akan kekayaan budaya, keberlanjutan lingkungan, dan semangat komunitas ini terpilih menjadi salah satu dari 15 desa wisata terbaik Indonesia untuk bersaing di ajang prestisius Best Tourism Village (BTV) yang digagas UN Tourism (dahulu UNWTO).

Ajang ini bukan sekadar kompetisi biasa. Hanya desa-desa dengan praktik pariwisata berkelanjutan, pelestarian budaya, dan inklusi sosial yang mumpuni yang akan lolos seleksi ketat dan tampil di panggung dunia.

Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Gede Dody Sukma Oktiva Askara, mengungkapkan rasa syukurnya atas kepercayaan yang kembali diberikan oleh Kementerian Pariwisata RI. Dari 15 desa yang terpilih secara nasional, tiga di antaranya berasal dari Buleleng: Desa Wisata Pemuteran, Les, dan Sudaji.

“Kita bersyukur, karena tahun ini tiga desa dari Buleleng masuk nominasi nasional. Tadi pagi pukul 09.00 kami sudah kumpulkan tim secara daring dan luring untuk menyamakan persepsi. Kita siapkan data dukung dan pengisian form yang nantinya akan dikurasi oleh tim internasional dari UN Tourism,” ujar Dody.

Ajang Best Tourism Village yang diinisiasi oleh UN Tourism merupakan bentuk pengakuan terhadap desa-desa yang mampu mengelola pariwisata secara berkelanjutan, melestarikan budaya lokal, serta menjaga kelestarian lingkungan. Kemenangan dalam ajang ini bukan hanya membanggakan desa, tetapi juga mendongkrak citra pariwisata nasional.

Untuk menyukseskan misi ini, Dinas Pariwisata Buleleng menggandeng 30 mahasiswa dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) yang akan membantu tiga desa dalam proses kurasi dan dokumentasi, termasuk pengisian 26 formulir berstandar internasional.

Dody menjelaskan bahwa setiap desa memiliki fokus unggulan yang dikembangkan sesuai potensi lokal. Di Desa Les, kekuatan ada pada warisan kuliner berbasis garam tradisional serta inovasi pengelolaan sampah TPS 3R yang kini menjadi bagian dari paket wisata edukatif. Di Desa Pemuteran, kekuatan utama ada pada konservasi laut dan hutan. Sedangkan Desa Sudaji mengusung wellness tourism dengan pengalaman retreat, yoga, healing, dan pelestarian hidup organik yang mengakar pada budaya lokal.

“Desa Sudaji itu unik. Di sana ada berbagai titik untuk kegiatan pengelukatan (purification), yoga, dan penyembuhan. Potensi wisata kebugaran seperti ini yang jadi andalan kita. Apalagi mereka juga aktif dalam gerakan menuju kehidupan organik,” kata Dody.

Meski tantangan besar menghadang, Dody menegaskan bahwa semangat gotong royong seluruh elemen desa menjadi kunci sukses. Ia menaruh harapan besar pada kolaborasi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan masyarakat desa.

“Yang paling penting adalah peran aktif stakeholder desa: perbekel, klian, tokoh masyarakat, dan pengelola desa wisata. Mereka harus bersatu, guyub, mewujudkan mimpi bersama agar pengakuan nasional yang sudah diraih Sudaji bisa naik level ke pengakuan internasional lewat BTV ini,” tambahnya.

Sudaji sendiri bukan pemain baru. Desa ini pernah meraih juara pertama tingkat provinsi tahun 2018, masuk nominasi ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia), hingga menyabet Asia Travel Award di Johor. Kini, tahun 2025, Sudaji kembali diberi kesempatan emas mewakili wajah Bali utara ke pentas global.

Ajang ini akan berlangsung ketat, dan para peserta wajib mengisi formulir berstandar internasional berbahasa Inggris, lengkap dengan bukti dokumentasi yang kuat. Para juri tidak akan melakukan visitasi, sehingga setiap detail pada formulir menjadi satu-satunya alat penilaian.

Namun bagi Sudaji, ini lebih dari sekadar kompetisi, Ini adalah harga diri. Sebuah pembuktian bahwa desa kecil pun bisa membawa nama besar Indonesia di mata dunia. Jika lolos, Sudaji akan menyusul jejak Desa Jatiluwih, yang lebih dulu diakui sebagai bagian dari jaringan Best Tourism Village oleh UN Tourism.

[ Reporter : Sarjana ]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *