News  

Tradisi Ngayah Desa Adat Tista Desa Baktiseraga : Kebiasaan Krama Desa yang Tak Pernah Luntur

Buleleng, Balijani.id| Pujawali / Piodalan di Pura Desa, Desa Adat Tista Desa Baktiseraga Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng yang jatuh pada purnama kapat, Tradisi Ngayah di Desa Adat Tista sangat menarik untuk disimak

Tradisi ini merupakan kegiatan gotong royong yang dilakukan oleh Krama Desa Adat Tista. Gotong royong adalah aktivitas di mana krama Lanang istri bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama.

Praktik gotong royong ini memberikan manfaat sosial yang positif dari masa lalu hingga sekarang. Oleh karena itu, gotong royong perlu dijadikan nilai kehidupan yang dilestarikan dari generasi ke generasi. Penasaran lebih lanjut tentang tradisi yang satu ini?

Apa Itu Tradisi Ngayah?

Kata “Ngayah” berasal dari Bahasa Bali dengan akar kata “Ayah, Ayahan, PeNgayah, Ngayahang” yang memiliki arti pelayanan atau orang yang melayani dan mengabdikan diri tanpa mengharapkan imbalan.

Ngayah juga dapat dianggap sebagai sebuah ajang yang mempersatukan masyarakat, karena melalui praktik Ngayah mereka dapat berkumpul dan berinteraksi satu sama lain. Tujuan utama dari pelaksanaan acara Ngayah adalah untuk menyukseskan suatu acara, khususnya acara keagamaan yang bersifat besar.

Ngayah yang dikenal sebagai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang di Bali adalah istilah untuk seseorang atau kelompok yang bekerja dengan tulus dan ikhlas tanpa menerima imbalan material. Konsep Ngayah serupa dengan konsep relawan, namun tetap mengikuti kaidah adat dan aturan sosial yang berlaku di masyarakat Bali.

Bagi masyarakat Bali yang mayoritasnya beragama Hindu, melaksanakan Ngayah dianggap sebagai pemenuhan kewajiban sosial dan keagamaan. Ngayah biasanya dilakukan dengan bergotong royong dalam aktivitas seperti pembersihan, membantu penyelenggaraan acara, dan mempersiapkan peringatan hari besar agama lain yang dianut oleh penduduk setempat.

Tradisi ini tidak memandang latar belakang pendidikan, pekerjaan, atau status sosial. Siapa saja yang memiliki hati dan niat yang tulus serta ikhlas dapat turut serta dalam pelaksanaan Ngayah.

Asal Usul Tradisi Ngayah

Sama seperti tradisi gotong royong yang diyakini berasal dari Jawa, Ngayah juga dipercaya sudah ada sejak zaman dahulu. Konon, pada masa lampau, banyak masyarakat Bali bekerja sebagai petani. Dalam konteks tersebut, tradisi Ngayah dijalankan dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Perubahan Zaman telah Berdampak pada Perubahan Pola Budaya Ngayah di Bali
Kebudayaan Bali yang membawa masyarakat gotong-royong

Dahulu, mayoritas masyarakat Bali bekerja sebagai petani. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyelaraskan waktu kerja dengan jadwal pelaksanaan Ngayah. Namun, dengan semakin banyaknya penduduk Bali yang bekerja di sektor formal saat ini, seringkali mereka tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan Ngayah.

Selain itu, konsep Ngayah kini dibagi menjadi dua bentuk, yaitu Ngayah tenaga dan Ngayah materi. Ngayah tenaga adalah konsep tradisional Ngayah yang melibatkan partisipasi langsung dalam kegiatan, sementara Ngayah materi melibatkan kontribusi dalam bentuk uang, barang, atau bahan baku kepada kepala desa.

Meskipun kehidupan modern cenderung menuju pada individualisme, tradisi Ngayah masih dianggap relevan. Tradisi ini mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, tetapi tetap mempertahankan akar budayanya.

Melalui pelaksanaan tradisi Ngayah, kita juga turut serta dalam melestarikan tradisi-tradisi lainnya seperti kesenian, sistem subak, dan pernikahan adat Bali. Dengan demikian, Ngayah tidak hanya menjadi bagian dari tradisi, tetapi juga menjadi upaya untuk merawat kekayaan budaya Bali yang khas

[ Editor : Sarjana ]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *