Pembangunan Strategis Koster, dari Penataan Pura Besakih hingga 17 Gedung SMA

Gubernur Wayan Koster memaparkan proyek pembangunan strategis Bali periode 2018–2023, termasuk penataan Pura Besakih dan pembangunan Turyapada Tower.
Foto: Gubernur Bali Wayan Koster dan tampilan visual sejumlah proyek strategis pembangunan Bali, Jumat, 9 Mei 2025.

Denpasar, Balijani.id ~ Lima tahun pada periode pertama Gubernur Wayan Koster menorehkan jejak pembangunan yang konkret, luas, dan menyentuh berbagai sektor kehidupan masyarakat Bali. Bukan sekadar pencitraan atau retorika politik, tapi kerja nyata yang hasilnya kini bisa dirasakan, dilihat, dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.

Koster memulai kepemimpinannya dengan prioritas yang tegas: memperkuat identitas budaya Bali sekaligus membangun infrastruktur dasar yang selama bertahun-tahun terbengkalai. Dari sana, lahirlah puluhan proyek strategis yang menyebar merata di seluruh penjuru pulau.

Penataan Kawasan Suci Pura Agung Besakih adalah simbol keberanian Koster mengambil tanggung jawab besar. Kawasan spiritual tertinggi umat Hindu ini dulu semrawut, kini berubah menjadi tertib, bersih, dan ramah pejalan kaki. Proyek ini sempat ditolak oleh banyak pihak, tapi Koster tak goyah. Hasilnya kini membungkam semua keraguan.

Di sektor konektivitas, proyek shortcut Mengwi–Singaraja menjadi terobosan penting. Jalan pintas yang memperpendek waktu tempuh lintas Badung–Buleleng ini sudah dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat. Di era pemimpin sebelumnya, proyek semacam ini hanya jadi wacana. Di era Koster, wacana berubah jadi jalan aspal.

Turyapada Tower, yang sedang dibangun di Desa Pegayaman, Buleleng, adalah bukti lain dari visi jangka panjang Koster. Menara ini bukan hanya untuk siaran digital, tapi juga menjadi simbol kebangkitan Bali Utara yang selama ini dipinggirkan. Di bawah kepemimpinan Koster, pembangunan tidak lagi Bali selatan-sentris.

Bendungan Sidan dan Tamblang juga masuk dalam daftar capaian monumental. Kedua bendungan ini dibangun untuk memastikan Bali tidak krisis air di masa depan. Koster paham betul, membangun Bali tak bisa hanya mengandalkan sektor pariwisata. Ia menyiapkan fondasi keberlanjutan yang kokoh.

Kantor Majelis Desa Adat (MDA) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota juga dibangun di era Koster. Ini bukan hanya soal gedung, tapi bentuk pengakuan dan perlindungan nyata terhadap desa adat sebagai pilar budaya Bali. Koster tidak hanya berbicara soal adat, tapi menegakkannya dalam kebijakan nyata.

Di sektor transportasi laut, tiga pelabuhan modern kini berdiri megah: Pelabuhan Sanur, Sampalan, dan Bias Munjul. Ketiganya dibangun serentak dalam waktu singkat. Ini mencerminkan gaya kerja Koster: cepat, terukur, dan menyasar kebutuhan mendesak masyarakat.

Proyek Pusat Kebudayaan Bali di Klungkung adalah bukti lain dari keberanian politik Koster. Dibangun di atas lahan eks-Galian C yang terbengkalai, kawasan ini akan menjadi pusat budaya terbesar yang pernah dimiliki Bali. Sebuah warisan sejarah yang akan melampaui masa jabatan yang segera dilanjutkan pada periode kedua.

Dalam bidang pendidikan, 17 gedung baru SMA/SMK Negeri dibangun hanya dalam beberapa tahun. Koster menolak membiarkan anak-anak Bali antre masuk sekolah negeri karena keterbatasan ruang. Ia jawab dengan pembangunan yang merata, menyasar daerah-daerah yang selama ini terabaikan.

Koster juga memulai pembangunan Jalan Tol Jagat Kerthi Bali, yang menghubungkan Gilimanuk dan Mengwi. Proyek ambisius ini akan mengubah wajah Bali bagian barat yang selama ini tertinggal. Tak berhenti di sana, ia juga mengembangkan Pelabuhan Benoa sebagai Bali Maritime Tourism Hub—menggabungkan pelabuhan kapal pesiar, pusat UMKM, dan ruang budaya dalam satu kawasan terpadu.

Semua proyek ini hadir bukan karena Bali kebanjiran dana, melainkan karena kepemimpinan yang berani mengambil keputusan. Koster menunjukkan bahwa memimpin bukan soal menyenangkan semua pihak, tapi soal memikul amanah masyarakat Bali dan menyelesaikan pekerjaan besar tanpa banyak bicara.

Di tengah badai kritik, serangan politik, dan keterbatasan anggaran akibat pandemi, Wayan Koster tetap fokus. Ia tak membalas dengan kata-kata, melainkan dengan hasil kerja yang kini tak terbantahkan. Kepemimpinannya telah mengubah peta pembangunan Bali secara nyata, bukan dalam narasi, tapi dalam wujud fisik yang bisa dilihat dan dirasakan semua orang.

[ Sumber : Humas Pemprov]
[ Editor : Sarjana ]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *