Komisi III DPRD Bali Pastikan PLTU Celukan Bawang Back Up Kelistrikan Bali

Kunjungan Komisi III DPRD Bali ke PLTU Celukan Bawang usai blackout listrik Bali
Foto : Komisi III DPRD Bali melakukan kunjungan kerja ke PLTU Celukan Bawang, Buleleng, untuk memastikan pasokan listrik tetap andal setelah peristiwa blackout di Bali. Selasa, 6 Mei 2025

Buleleng, Balijani.id ~ Untuk memastikan keandalan listrik Bali pasca mengalami blackout, Komisi III DPRD Provinsi Bali mendatangi PLTU Celukan Bawang, Gerokgak, Buleleng, Selasa (6/5/2025). Rombongan anggota dewan itu di pimpin Ketua Komisi III I Nyoman Suyasa. Terlihat Nyoman Ray Yusha dan Kadek Setiawan dua legislator asal Dapil Buleleng ikut dalam rombongan tersebut.

Sementara, sejumlah petinggi PLTU Celukan Bawang diantaranya Indriati Tanu Tanto, Manajer Teknis PLTU Celukan Bawang, Helmy Rosadi sebagai representasi PT General Energi Bali (PT.GEB) dan dari China Huadian hadir GM Zhang Wen Ding dan Direktur Operasional Wang Qing Dong didampingi transleter tehnik Jhon Chua.
Dihadapan Komisi III, Manajer Teknis PLTU Celukan Bawang, Helmy Rosadi memaparkan kondisi kelistrikan PLTU Celukan Bawang yang disebut memasok energi listrik hingga 32 persen dari 1.189 Megawatt (MW) total kebutuhan litsrik Bali.

“Dengan daya mampu netto (DMN) 380 MW sejak COD 23 September 2015 PLTU Celukan Bawang telah berkontribusi dalam menyalurkan kelistrikan di Subsitem Bali sebesar 32 persen dari 1.189,2 MW dari beban puncak (BP) tertinggi 2025 di Subsistem Bali pada 5 Februari 2025,” jelas Helmy.

Ia juga menejelaskan penyebab blackout Bali pada Jumat (2/5/2025) lalu bukan dari Pembangkit Celukan Bawang sebagaimana klarifikasi yang dilakukan oleh PLN. Penyebabnya karena ada gangguan pada penurunan tegangan yang cukup ekstrem pada transmisi hingga menyebabkan seluruh pembangkitan di Bali harus melepaskan diri.

“Urutannya trip kami di PLTU Celukan Bawang paling akhir setelah sebelumnya trip di PLTU Pesanggaran, Gilimanuk disusul kami sebagai respon otomatis untuk mengamankan peralatan dan memisahkan diri dari jaringan,” imbuhnya.

Selain itu, Komisi III meminta penjelasan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencegah agar peristiwa blackout tidak terulang mengingat kerugian yang diakibatkan juga cukup besar. Helmy mengatakan, pihaknya tetap melakukan langkah koordinatif dengan PLN setiap kali ada rencana terkait operasional, seperti soal pemelihraan mesin pembangkit (overhaul).

“Memang saat terjadi blackout satu mesin yakni Unit 2 yang beroperasi, dua unit lainnya sudah sedang melakukan pemeliharaan terencana yang dijadwalkan jauh hari dan PLN juga sudah menyetujui. Dan saat ini dua unit sudah beroperasi Kembali dan total yang disalurkan ke Subsistem Bali adalah 250 MW,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Komisi III I Nyoman Suyasa mengatakan, pihaknya datang ke lokasi pembangkit di Celukan Bawang pasca terjadinya blackout untuk melihat kondisi sebenarnya. Ia menyebut setelah Bali sempat gelap selama 5 jam hal itu cukup membuat khawatir dimana Bali sebagai daerah wisata dunia, ada obyek vital seperti bandara dan rumah sakit sangat berdampak akbiat peristiwa itu.

“Komisi III ingin mendapat penjelasan yang kongrkit atas peristiwa itu karena ada asumsi penyebabnya pembangkut Celukan Bawang. Terlebih pasokan listrik untuk Bali PLTU Celukan Bawang penyumbang tertinggi. Karena itu kami berharap tidak terjadi lagi disebabkan sangat mengkhawatirkan buat Bali kedepan,” kata Suyasa.

Secara tekhnis disebutkan saat peristiwa itu terjadi 3 Unit mesin pembangkit hanya beroperasi 1 Unit, siasanya ada trouble dan sedang overhaul. Dan dipastikan penyebab blackout bukan dari PLTU Celukan Bawang.

“Kedepan Bali harus punya kemandirian energi, seperti disampaikan banyak tokoh dan Gubernur Bali. Tentu energi yang ramah lingkungan dan kami akan mendorong itu agar lebih sigap merencanakan energi baru terbarukan agar Bali bisa mandiri energi,” ucapnya.

Sementara itu, Anggota Komisi III Jro Nyoman Ray Yusha mengatakan, persepsi awam terhadap blackout yang diasumsikan beasal dari PLTU Celukan Bawang ternyata prosesnya tidak sesederhana yang dibayangkan. Terlebih posisi PLTU Celukan Bawang hanya sebagai pensuplai listrik ke jaringan milik PLN.

“Ada keuntungan lain kami datang ke PLTU Celukan Bawang dapat melihat proses pembakaran batubara yang semula kami anggap tidak ramah lingkungan ternayata teratasi dengan menggunakan tekhnologi canggih kendati belum sempurna sekali,” ujarnya.

Hal ini juga menurut Ray Yusha, akan menjadi kajian di Pansus Lingkungan dimana dia menjadi Ketua Pansusnya.

“Secara signifikan lebih 75 persen pengelolaan lingkungan terkelola dengan baik selain kondisi riilnya menghasilkan energi listrik berbahan bakar batubara,” tandasnya.

[ Reporter : Sarjana ]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *