Berita Sarin Gumi Nusantara
RedaksiIndeks
News  

Catatan Budaya, Suro Diro Joyo Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti

Sprit : Komang Maleneo Bramasta 

Penggiat IT

Singaraja, Balijani.id ~ Suro diro joyo jayaningrat, lebur dening pangastuti. Segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar.

Sebuah pitutur luhur dari Raden Ngabehi Ronggowarsito, yang mengajarkan kita untuk merekonstruksi kembali eksistensi diri menjadi pribadi yang arif, bijak, dan mampu melihat setiap persoalan dalam perspektif yang lebih luas.

Saya teringat masa kecil, kakek saya selalu mengajarkan pitutur sebagai pengejawantahan budaya yang adiluhung melalui kesenian, salah satunya seni ketoprak. Setiap akhir pekan, kakek selalu mengajak saya menonton seni ketoprak yang disiarkan langsung dari TVRI Yogyakarta, melalui televisi yang ditonton di Balai Desa, karena pada saat itu, belum ada warga masyarakat yang memiliki televisi.

Dalam ketoprak dikisahkan, seorang prajurit, senopati, patih atau panglima yang akan berperang dan sang brahma/guru memberi wejangan. Maka di akhir wejangan sang guru akan menutup dengan kalimat,” Wis ngger anakku mangkatho perang, tumpesen rojo angkoro murko. Suro diro jayaningrat lebur dening pangastuti” (sudah anakku berangkatlah ke medan perang, musnahkan raja angkara murka. Suro diro jayaningrat). Di kalimat ini “suro diro jayaningrat lebur dening pangastuti” bisa bermakna sebagai do’a, kalimat doktrin yang menguatkan dan sumpah yang berkeyakinan bahwa kejahatan dan angkara murka akan hancur oleh kebenaran”.

“Suro diro jayaningrat, lebur dening pangastuti” atau dalam bahasa Jawa kunonya “Sura sudira jayanikang rat, swuh brastha tekaping ulah dharmastuti”

Artinya : Bahwasanya, betapapun hebatnya seseorang, saktinya mandraguna kebal dari segala senjata, namun manakala dalam lembaran hidupnya selalu dilumuri oleh ulah tingkah yang adigang-adigung-adiguna maka pada saatnya niscayalah akan jatuh tersungkur dan lebur oleh ulah pakarti luhur.

Adigang-adigung-adiguna: Sikap yang mengandalkan kekuatan maupun kekuasaannya dan berbuat sewenang-wenang serta selalu menggunakan aji mumpung. Berusaha mengorangkan orang lain, meski dalam situasi yang tidak enak sekalipun.

Ulah pakarti luhur : Sikap dan tindak perbuatan yang mengutamakan berlakunya nilai-nilai kemanusiaan yang luhur dan beradab guna menuju ke arah terciptanya suatu masyarakat sejahtera lahir maupun batin, sebagai yang dimaksudkan dengan istilah pangastuti ataupun dharmastuti.

Pangastuti / Dharmastuti : Nilai-nilai filsafat timur yang pada hakekatnya sudah menjelma menjadi tata nilai kehidupan, dimana setiap kejahatan pasti akan dapat dihancurkan oleh kebajikan, oleh ulah pakarti yang baik, oleh berlakunya nilai-nilai keadilan dan kebenaran.

Suro = Keberanian. Dalam diri manusia, mempunyai sifat keberanian. Entah itu berani karena benar, berani karena jaga image, berani karena sok jago atau berani yang lain. Sifat ini sangat sebenarnya bagus tapi kalau sudah melanggar dari aturan-aturan ya sama aja boong.

Diro = Kekuatan. Manusia mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa. Apalagi bila dalam keadaan terdesak maka kekuatan yang akan timbul bisa lebih besar lagi dari biasanya. Akan tetapi, sekarang ini banyak manusia yang hanya mengandalkan kekuatannya sehingga menimbulkan kerusakan dimana-mana. Hal ini nantinya akan berdampak kurang baik bagi siapapun juga termasuk yang menggunakan kekuatan secara berlebihan.

Joyo = Kejayaan. Sebagian dari kita mungkin pernah merasakan bagaimana rasanya apabila kita selalu menjadi yang terdepan, kita selalu menjadi yang terbaik diantara yang lainnya. Nantinya apabila ini menjadi berlebihan maka kita akan menjadi sombong, pongah, dan menjadi manusia yang tidak ingin kalah. Bukankah mengalah tidak selamanya kalah?

Jayaningrat = bergelimang dengan kenikmatan duniawi. Ningrat disini mungkin bisa diartikan bahwa kita berkecukupan namun itu tidak menjadikan kita sebagai manusia yang rendah hati tetapi malah menjadi takabur akan kemewahan yang kita miliki sehingga melupakan yang lainnya.

Lebur = Hancur, Musnah. Lebur artinya dilebur atau dimusnahkan atau dihancurkan. Ini mempunyai arti sesuatu yang nantinya akan dihancurkan.

Dening = Dengan

Pangastuti = Kebijaksanaan, Kasih Sayang, Kebaikan

Kata-kata yang mendasari kalimat “Surodiro Joyoningrat, Lebur Dening Pangastuti” ternyata semuanya mengandung sifat-sifat yang ada di dalam diri manusia. Bila dicermati lagi, disitu kita berada dalam posisi yang selalu di atas angin, menang sendiri, merasa paling benar sendiri, tidak peduli perasaan orang lain.

Untuk arti dari keseluruhan kalimat “Surodiro Joyoningrat, Lebur Dening Pangastuti adalah Semua Keberanian, Kekuatan, Kejayaan, dan Kemewahan yang ada di dalam diri manusia yang menimbulkan kerusakan, ketakaburan, kelicikan dan angkara murka akan dikalahkan, dihancurkan oleh Kebijaksanaan, Kasih Sayang, dan Kebaikan yang ada di sisi lain dari manusia itu sendiri.

Di jaman edan, jaman saling terkam, jaman saling menjatuhkan antara satu sama lain, di tengah belantara politik yang ganas, perlu rasanya kita hadirkan kembali pitutur luhur warisan Raden Ngabehi Ronggowarsito ini, agar kita tidak salah langkah dalam mengambil keputusan, agar tidak melukai perasaan orang lain. Bangsa ini rusak tercerai berai karena adanya sikap adigang, adigung, lunturnya nilai-nilai penghormatan terhadap kemanusiaan, yang bisa berakibat porak porandanya semangat persatuan dan kesatuan.

Semoga kita mampu merenunginya kembali. astungkara ruang itu masih ada

*) Editor : Jgd

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *