News  

ASN dan Guru Bali Galang Donasi Banjir, Bentuk Solidaritas dan Tradisi Gotong – Royong

Denpasar, Balijani.id| Banjir besar yang melanda Bali belum lama ini menyisakan kerusakan luas sekaligus menggugah solidaritas sosial. Aparatur sipil negara (ASN) dan guru di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali bergotong royong menggalang donasi untuk membantu warga terdampak.

Namun, inisiatif tersebut sempat menuai sorotan setelah muncul informasi adanya iuran wajib bagi ASN. Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menegaskan bahwa donasi ini tidak bersifat paksaan.

“Pegawai dipersilakan untuk bergotong royong lebih dari acuan, sesuai acuan, lebih rendah dari acuan, atau bahkan tidak ikut bergotong royong karena bersifat sukarela,” kata Dewa Indra, Kamis (18/9).

Pemprov Bali memang menetapkan acuan nominal sesuai jabatan, mulai Rp50 juta bagi gubernur hingga Rp150 ribu bagi PPPK. Tetapi, Dewa Indra menekankan angka tersebut hanyalah pedoman.

“Setiap pegawai bebas memberi sesuai kemampuan, bahkan tidak sama sekali,” ujarnya.

Fenomena ini kembali menegaskan kuatnya tradisi gotong royong yang mengakar di masyarakat Indonesia. Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS), Drajat Tri Kartono, menyebut bahwa donasi ASN Bali mencerminkan solidaritas kolektif yang masih terjaga.

“Gotong itu artinya menanggung, royong itu bersama-sama. Ada juga istilah tanggung renteng. Jadi ketika ada bencana, masyarakat melihatnya sebagai tanggung jawab bersama,” kata Drajat saat dihubungi, Sabtu (20/9).

Ia menjelaskan, gotong royong lahir dari solidaritas mekanik yang berbasis emosi dan kekeluargaan, berbeda dengan solidaritas organik yang bertumpu pada pembagian kerja dan peran khusus dalam masyarakat.

“Solidaritas mekanik itu mendorong ekonomi substantif, yaitu tindakan ekonomi yang dilandasi empati dan penghargaan, bukan sekadar hitung-hitungan untung-rugi,” jelasnya.

Meski modernisasi membawa pergeseran, tradisi gotong royong menurut Drajat tidak hilang sepenuhnya. Masyarakat tetap menghidupkan nilai empati dalam berbagai kegiatan, termasuk saat menghadapi bencana.

“Walaupun industri dan ekonomi formal berkembang, kegiatan ekonomi moral dan substantif tetap ada. Itu bagian dari rasa tanggung jawab bersama,” ujarnya.

Fenomena donasi ASN Bali memperlihatkan bahwa nilai kebersamaan tidak luntur oleh zaman. Di tengah dinamika sosial dan ekonomi, gotong royong tetap berdiri sebagai pilar utama solidaritas bangsa.

[ Editor : Sarjana ]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *