Buleleng, Balijani.id ~ Kadek Edie Arta adalah sosok pengusaha muda asal Desa Bungkulan, Buleleng, yang sukses membangun bisnis dari bawah. Ia memulai usaha bengkel motor dengan tangan sendiri—menangani perbaikan, terbiasa dengan oli dan minyak, tanpa bantuan siapa pun. Namun dengan ketekunan dan semangat belajar, usahanya terus tumbuh.
Kini, Ediarta Motor telah memiliki lima cabang: di Desa Bengkala (Kubutambahan), Tangguwisia (Seririt), Bungkulan (Sawan), Kelurahan Sukasada, dan Banjar Bali (Singaraja). Pada Jumat (1/8/2025), cabang baru kembali dibuka di Desa Bungkulan, memperluas jangkauan bisnisnya.
Edie memperkerjakan sekitar 230 karyawan, yang seluruhnya digaji sesuai Upah Minimum Kabupaten (UMK). Baginya, pekerja adalah aset utama perusahaan. Ia rutin memberikan penghargaan bagi karyawan berprestasi, seperti fasilitas wisata ke dalam dan luar negeri.
Kesuksesan Edie tidak datang secara instan. Selain sebagai mekanik, ia aktif belajar akuntansi dan perpajakan lewat seminar dan workshop. Ia pernah mengalami kerugian akibat kurangnya pengetahuan tentang pajak, yang menjadi motivasi untuk lebih memahami manajemen keuangan perusahaan. Pendidikan formalnya hanya sampai diploma mekanik di Denpasar, namun semangat belajarnya tidak pernah padam.
Dalam hal manajemen, Edie punya standar unik. Ia memperhatikan penampilan karyawan dengan sangat ketat—memilih yang berpenampilan menarik, rambut rapi, bahkan berat badan pun jadi perhatian. Timbangan badan disediakan di setiap pintu bengkel agar karyawan bisa menjaga kondisi fisiknya. Ia meyakini, citra profesional dimulai dari penampilan.
Seragam kerja pun ditata rapi, dengan jadwal berbeda tiap hari. Anggaran khusus disiapkan setiap tahun demi menunjang penampilan dan kesopanan karyawan, agar kepercayaan konsumen tetap terjaga. Baginya, kepuasan pelanggan dan citra perusahaan adalah prioritas utama.
Selain melayani servis kendaraan, Ediarta Motor juga menjual sparepart untuk semua jenis motor, bahkan menjadi distributor besar ke bengkel-bengkel lain. Rencananya, Edie akan fokus membangun gudang pusat logistik agar distribusi barang lebih efisien, bukan membuka cabang baru dalam waktu dekat.
Ia menyadari tantangan bisnis akan terus berubah seiring kemajuan teknologi. Saat ini, kendaraan listrik mulai mendominasi pasar, yang membutuhkan keahlian berbeda dari mekanik biasa.
“Kalau ada kerusakan pada kendaraan listrik, yang dibutuhkan bukan mekanik mesin, tapi ahli kelistrikan dan digital,”
jelasnya. Karena itu, adaptasi terhadap perkembangan teknologi jadi langkah penting agar usaha tetap bertahan.
[ Reporter : Ida Bagus Wisnu Suputra ]
