Celukan Bawang, Balijani.id ~ Kondisi kapal tanker Floating Storage Ofloading (KSO) Cinta Natomas milik Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang sedang tambat di Pelabuhan Celukan Bawang semakin mengkhawatirkan. Kapal yang memuat endapan minyak masih mengalami kemiringan. Terlihat sejumlah pekerja telah memasang alat penghalang terapung yang dirancang untuk membatasi dan mencegah penyebaran endapan minyak di permukaan air (oil boom) sebagai antisipasi jika terjadi tumpahan endapan minyak.
Kapal yang disewa oleh Pertamina itu bersandar sejak tahun 2018 di dermaga curah cair dengan nilai aset miliaran terkesan ditelantarkan. Saat ini berstatus sewa tambat dengan pemilik fasilitas pelabuhan. Akibat lamanya bersandar di dermaga curah cair, Pelindo diuntungkan secara bisnis karena mendapatkan sewa tambat selaku pemilik dermaga. Hanya saja kerugian yang ditimbulkan terancam menjadi bencana lingkungan akibat tumpahnya endapan minyak tersebut.
Sejumlah pekerja dilapangan menyebut rencananya dilakukan evakuasi terhadap endapan minyak dari dalam kapal Cinta Natomas, namun karena kondisi kapal sedang miring hal itu urung dilakukan. Kondisi kapal miring diduga akibat kebocoran dari lambung kapal akibat terjadi pergeseran muatan dari tangki lain melalui pipa-pipa klep yang kurang kedap sehingga minyak mengalir melalui pipa dan klep tersebut.
“Saat ini sedang dilakukan pekerjaan pemindahan minyak mentah yang sudah mengendap karena kondisi kapal terakhir terlihat miring, proses pemindahan sludge (endapan semi padat) dari tangki kiri ke sebelah kanan untuk menstabilkan kapal,” kata salah satu pekerja.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas IV Celukan Bawang Taufikur Rahman mengatakan, rencana pemilik kapal untuk memindahkan muatan saat ini masih berfokus pada pemindahan distribusi muatan untuk mengurangi kemiringan kapal. Nantinya setelah kegiatan ini selesai dilakukan, akan dilanjutkan dengan kegiatan evakuasi endapan yang diperkirakan pada minggu pertama Bulan Agustus.
“Saat ini sedang dilakukan pekerjaan menstabilkan kapal kembali agar berada dalam posisi seimbang. Setelah itu baru muatan kapal akan evakuasi,” kata Taufikur Rahman, Kamis (31/7/2025).
Menurut Taufikur Rahman, awalnya sejumlah pekerja dari pemilik kapal akan melakukan pembongkaran muatan. Dan mereka sudah diingatkan bahwa kapal harus memenuhi aspek teknis tertentu dengan tidak mengabaikan keselamatan orang-orang yang bekerja di atas kapal, baik ABK itu sendiri maupun para pekerja selama proses tank cleaning berlangsung.
Ditambahkan, pihak KSOP sudah berulang kali mengingatkan bahwa pekerjaan memindahkan endapan minyak tersebut sangat rentan terhadap bahaya pencemaran lingkungan karena muatan yang ada di dalamnya adalah kategori muatan barang berbahaya.
“Tupoksi kami di KSOP selain sebagai pengawasan dan keselamatan pelayaran juga sebagai pengawasan perlindungan lingkungan maritim di wilayah kerjanya. KSOP sudah mengingatkan tentang kewajiban pemenuhan aspek teknis tersebut kepada pemilik kapal,” imbuh Taufikur Rahman.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Buleleng I Gede Putra Aryana mengatakan, pihaknya sudah melakukan monitoring atas kondisi Kapal Cinta Natomas yang memuat endapan minyak tersebut. Bahkan, setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan oleh pemilik kapal maupun pihak Pelabuhan Celukan Bawang sudah dilaporkan secara berjenjang.
“Kami di DLH Buleleng tetap monitor, setiap tahapan pekerjaannya akan dilaporkan ke pihak terkait termasuk Dinas Lingkungan Hidup Provinsi maupun ke Pusdal LH Bali Nusra,” tandasnya.
Sebelumnya telah dilakukan koordinasi antar stakeholder seperti KSOP, Pelindo, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng, Pertamina, PT Tenang Jaya Sejahtera selaku vendor Pertamina, Aparat Penegak Hukum, dan beberapa stakeholder lainnya untuk membahas terkait rencana kegiatan penstabilan kapal dan evakuasi endapan minyak. Dalam rapat tersebut disampaikan bahwa seluruh stakeholder sangat mendukung adanya kegiatan tersebut dan sepakat akan memberikan dukungan penuh sesuai tupoksinya masing-masing untuk dapat memastikan kegiatan tersebut berjalan aman dan tidak terjadi kecelakan maupun pencemaran lingkungan. Rapat koordinasi tersebut membuahkan hasil, hal ini terbukti dengan sampai saat ini kegiatan penstabilan kapal masih berjalan dengan sangat aman.
Sebelumnya, Kapal Tuban Marine Terminal bernama lambung FSO Cinta Natomas sedang tambat di dermaga LNG Pelabuhan Celukan Bawang, Gerokgak sandar sejak tahun 2018 dan memuat sebanyak 105 barel minyak mentah. Kapal tanker buatan tahun 1972 itu sudah 7 tahun bersandar di dermaga Pelabuhan Celukan Bawang.
Konon kapal tersebut saat ini sedang diproses usulan Kementerian Keuangan RI untuk dilakukan penghapusan. Kapal tanker dengan nilai aset miliaran itu yang nyaris tanpa aktivitas selama tujuh tahun itu berisi 10 anak buah kapal termasuk didalamnya nakhoda.













