Gianyar, Balijani.id ~ Gubernur Bali Wayan Koster didampingi Bupati Gianyar Agus Mahayastra dan Kepala Kejaksaan Tinggi Bali Ketut Sumedana meletakan batu pertama pembangunan gedung Pusat Jantung Terpadu (PJT) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sanjiwani Kabupaten Gianyar, Rabu (21/5/25).
Pembangunan ini menjadi tonggak penting sekaligus wujud komitmen pemimpin Bali dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Gianyar.
Dalam sambutannya, Bupati Mahayastra menerangkan data tahun 2023 menunjukan terdapat total 66 ribu pasien rawat jalan dan 6.647 rawat inap akibat penyakit jantung di kawasan Karangasem, Klungkung, Bangli, dan Gianyar.
Dari total pasien tersebut, Kabupaten Gianyar menanggung lebih dari 17 ribu pasien melalui program Bantuan Kesehatan (BK), termasuk di dalamnya 2 ribu pasien rawat inap
Bupati Mahayastra mengungkapkan, meski situasi keuangan daerah tergolong sulit, ia memastikan komitmen Pemerintah Kabupaten Gianyar dengan dukungan Pemerintah Provinsi Bali, pembangunan gedung PJT RSUD Sanjiwani Gianyar akan tetap berjalan.
“Kesehatan adalah kebutuhan pokok. Sekarang orang rentan sakit karena pola hidup yang tidak sehat. Untuk itu, kita sebagai pemerintah tentu harus tanggap dengan hal tersebut dengan menyiapkan fasilitas dan sarana dan prasarana kesehatan,” ungkapnya
Saat ini, ia mengatakan telah memiliki 4 dokter spesialis jantung, 15 paramedis, serta 18 tenaga medis tambahan yang telah menjalani pelatihan di bidang BTKV, ICU, cath lab, hingga anastesi.
Dengan sumber daya tersebut, Bupati Mahayastra mengatakan PJT RSUD Sanjiwani mampu melakukan layanan pemasangan ring jantung, tembak batu ginjal. Sehingga masyarakat tidak lagi harus ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof Ngoerah (Sanglah).
Bupati Mahayastra juga menyampaikan pihaknya telah menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan melalui skema non cut-off, yang memungkinkan pasien mengaktifkan BPJS setelah mendapatkan perawatan, tanpa harus menunggu masa aktif kembali.
Berdasarkan data yang tercatat, skema ini telah melibatkan 50 ribu peserta dan diperkirakan mampu menghemat anggaran hingga Rp100 miliar.
“Kalau tidak ada terobosan ini, kita bisa membakar uang Rp100 miliar hanya untuk membiayai orang sehat. Ini adalah langkah efisiensi yang nyata,” tandasnya
[ Reporter : Sarjana ]