Ketut Sugara Raih Gelar Doktor Dalam Bidang Ilmu Agama

Ketut Sugara Kepala SMP PGRI 8 Denpasar saat raih gelar doktor Ilmu Agama
Foto: Ketut Sugara, Kepala SMP PGRI 8 Denpasar, saat mengikuti ujian terbuka promosi doktor di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar pada Mei 2025.

Denpasar, Balijani.id ~ Kepala SMP PGRI 8 Denpasar (GRIASTA) I Ketut Gede Adi Trisna Sugara, ST, M.Pd kelahiran 1 Maret 1983 ini berhasil meraih gelar doktor dalam bidang Ilmu Agama.

“Pencapaian gelar doktor yang saya raih ini ketika mengikuti ujian terbuka promosi doktor yang digelar oleh Pascasarjana Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar,” kata Gede Adi, Rabu (21/5/2025).

Lanjutnya, adapun disertasi yang diangkat dalam pencapaian gelar doktor berjudul “Pendidikan Multikultural Berbasis Ajaran Tri Hita Karana Dalam Membangun Karakter Siswa di SMP PGRI 8 Denpasar”.

“Karena dalam disertasi yang diangkat ini, dibaliknya memiliki sebuah dasar pemikiran dan praktik pendidikan yang mengakar pada nilai-nilai budaya Bali, sekaligus bisa menjawab tantangan keberagaman dalam dunia pendidikan,” ucapnya.

Ketut Sugara menjelaskan, hasil dari disertasi yang diangkat ini menunjukan bahwa penerapan pendidikan multikultural di sekolah dilakukan melalui berbagai pendekatan.

“Pendekat tersebut yakni, pendekatan berbasis nilai, integrasi budaya lokal dalam kurikulum, penanaman nilai toleransi, dan pelaksanaan kolaborasi lintas budaya,” jelasnya.

Sembari menambahkan, dengan demikian implementasi yang muncul dalam disertasi sangatlah signifikan yakni, terbangunnya karakter siswa yang religius, bertanggung jawab, dan memiliki sikap toleransi tinggi.

Selain itu, dalam disertasi yang diangkat juga mampu menciptakan lingkungan sekolah yang harmonis, pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan, serta mampu merefleksi nilai-nilai ajaran luhur dalam kehidupan sehari-hari siswa.

“Apalagi dengan dukungan kurikulum sekolah turut dipercaya sebagai muatan lokal dalam pengembangan ajaran Tri Hita Karana yang membuat pendidikan lebih berkarakter dan bermakna,” imbuhnya.

Ketut Sugara menyampaikan, dengan peraihan gelar doktor ini membuktikan pendidikan tersebut bukan semata-mata hanya soal transfer ilmu saja, tetapi juga proses pembentukan karakter melalui harmoni nilai-nilai lokal dan semangat kebangsaan.

“Melalui pendidikan berbasis Tri Hita Karana menjadi satu jawaban atas kebutuhan zaman, dan mampu mewujudkan pendidikan lebih memiliki nilai-nilai luhur budaya,” pungkasnya.

[ Reporter : Budi ]

Ketut Sugara, gelar doktor Ilmu Agama, SMP PGRI 8 Denpasar, pendidikan multikultural Bali, Tri Hita Karana, karakter siswa Bali, pendidikan karakter, disertasi pendidikan agama, pendidikan berbasis budaya Bali, pendidikan toleransi, pendidikan multikultural, pendidikan berbasis lokal, pendidikan Bali, UHN Denpasar, promosi doktor, pendidikan agama Bali

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *