Klungkung, Balijani.id ~ Senin sore itu (12/5/2025) di bawah atap Wantilan Desa Adat Kemoning yang sakral dan penuh sejarah, riuh tepuk tangan dan tawa pemuda-pemudi mengalun bersama denting baleganjur. Ada semangat yang tak biasa di sana, semangat muda yang menyala-nyala, berpadu dengan aroma kuliner tradisional dan hangatnya kebersamaan. Sekaa Teruna Kertha Mandala genap berusia 61 tahun, dan momen ini menjadi titik penting yang tak hanya merayakan usia, tapi juga menegaskan peran mereka sebagai penjaga warisan Bali.
Di tengah keramaian itu, hadir sosok yang penuh ketulusan, Bupati Klungkung I Made Satria bersama Wakil Bupati Tjokorda Gde Surya Putra. Dalam sambutannya, Bupati Satria tak sekadar memberikan ucapan selamat, tetapi menitipkan harapan besar: agar generasi muda terus menjadi pelita dalam menjaga seni, budaya, adat, dan agama Bali.
“Sekaa teruna bukan hanya kumpulan anak muda. Kalian adalah penjaga warisan, penerus spirit leluhur,” ucapnya penuh haru.
Ia memuji kreativitas dan semangat inovatif yang terlihat dalam rangkaian perayaan tahun ini, dari lomba mancing, karaoke, baleganjur, meceki sebali, hingga Festival Kuliner UMKM yang melibatkan seluruh warga.
“Inilah wajah Bali masa depan. Tradisi yang tidak tinggal diam, tapi tumbuh bersama ide-ide baru,” tambahnya.
Tak lupa, Bupati Satria mengajak para pemuda untuk menjadi bagian dari pembangunan Klungkung dengan semangat Mahottama, masyarakat yang lebih maju, harmonis, tenteram, dan makmur.
“Semoga Sekaa Teruna Kertha Mandala semakin kompak, terus berinovasi, dan menjadi pelopor perubahan positif,” harapnya tulus.
Ketua panitia, Nyoman Agus Wikana, menjelaskan tema HUT kali ini: “Yuwa Kerthina Arkamaya” pemuda yang menyala dan tangguh. Tema ini bukan sekadar semboyan, tetapi menjadi jiwa dari setiap kegiatan yang digelar. Ia percaya bahwa dari semangat gotong royong dan kreativitas inilah, desa adat bisa terus hidup dan berkembang.
Di ujung acara, senyum Bupati Satria tak pernah lepas saat menyerahkan piala kepada para juara lomba. Di balik gestur sederhana itu, ada pesan mendalam: bahwa setiap usaha untuk menjaga budaya, sekecil apapun, adalah bentuk cinta pada tanah leluhur.
Dan di malam yang mulai turun, Desa Adat Kemoning pun kembali tenang. Namun semangat muda itu, yang menyala-nyala dan tak lelah mencintai, akan terus hidup, dalam karya dan dalam hati.
[ Reporter : Sarjana ]