Buleleng, Balijani.id ~ Desa Sudaji di Buleleng, Bali, kembali jadi sorotan. Setelah berjaya di berbagai ajang penghargaan nasional dan internasional, kini desa wisata yang sarat akan nilai budaya dan keberlanjutan ini bersiap menorehkan prestasi baru: menembus ajang prestisius Best Tourism Village (BTV) 2025 yang digagas oleh UN Tourism. Ajang ini bukan sembarang kompetisi hanya desa dengan kekuatan pariwisata berkelanjutan, pelestarian budaya, dan inklusi sosial yang mampu bersaing di tingkat global.
Ketut Zanzan, pemerhati pariwisata dan lingkungan sekaligus pemilik Om Unity Bali, menceritakan bahwa Sudaji tidak dibentuk dalam semalam. Prosesnya panjang dan sarat nilai. Desa ini dirintis sebagai desa wisata sejak 2010, dan pada 2011, lahirlah Rumah Sapi yang dulunya TPA, kini menjadi pusat retreat dan tempat meditasi yang mendunia bernama Om Unity Bali.
Karya kreatif dari limbah ini nyatanya menggaet perhatian dunia. Nama Sudaji terpampang di berbagai media internasional seperti The Guardian Travel News, Vogue Argentina, Croatia Magazine, hingga media dari Denmark dan Dubai. Menurut Zanzan, daya tarik Sudaji terletak pada keasliannya desa yang “non-turistik” namun autentik. Wisatawan modern mencari ketenangan, oksigen segar, dan suasana hijau. Di sinilah Sudaji hadir sebagai solusi. Ia menyebut bahwa Sudaji adalah Love In Action dan selalu menjadi jawara bukan sekadar slogan, tetapi prinsip hidup masyarakatnya.
Sudaji telah meraih sejumlah penghargaan membanggakan: juara pertama tingkat provinsi tahun 2018, ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia), hingga Asia Travel Award di Johor. Tahun 2024, Sudaji sudah dilirik UN Tourism, dan kini pada 2025 kembali diberi kesempatan untuk masuk ke dalam daftar 15 desa terpilih dari seluruh Indonesia, yang nantinya akan disaring menjadi delapan desa menuju panggung dunia.
Zanzan optimis. Ia percaya bahwa semua ajang kebaikan pasti direstui dan diberkati semesta. Karena itu, ia mendorong seluruh elemen masyarakat untuk bersatu menyambut momentum besar ini.
“Tahun ini kita lebih siap. Semua data harus masuk ke UN Tourism paling lambat 19 Mei. Sudah kita siapkan. Tinggal satu: Unity. Semua elemen harus bersatu dinas, petani, pelaku wisata. Kita ledakkan dengan ‘bom atom Sudaji’: Sudaji cantik tanpa plastik, unik dengan non-organik!”
Di sisi lain, dukungan penuh datang dari pemerintahan desa. Perbekel Desa Sudaji, I Made Ngurah Fajar Kurniawan, menegaskan bahwa pemerintah desa total mendukung langkah besar ini.
“Kami siap menjadi tuan rumah yang layak. Kami dukung penuh. Mulai dari pengelolaan sampah berbasis sumber seperti arahan Pak Gubernur, perbaikan infrastruktur, hingga edukasi ke masyarakat. Semua kami siapkan,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa koordinasi intens terus dilakukan dengan pengurus desa wisata dan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata).
“Kami berupaya optimal. Support kami berikan sebesar-besarnya. Semoga tim Desa Sudaji bisa mencapai tujuan: masuk BTV 2025. Kami yakin, Sudaji mampu!”
Ajang Best Tourism Village 2025 sendiri adalah inisiatif UN Tourism yang bertujuan mengakui desa-desa dengan praktik pariwisata berkelanjutan terbaik, mendorong jaringan antar desa wisata dunia, dan memperkuat pengelolaan warisan budaya serta alam. Jika lolos, Sudaji akan menyusul jejak Desa Jatiluwih yang sebelumnya telah masuk jaringan global ini.
Tantangan di depan mata. Tapi semangat Desa Sudaji lebih besar dari sekadar ajang. Ini tentang harga diri, tentang membuktikan bahwa desa kecil di utara Bali bisa memberi warna untuk dunia.
Sudaji bukan hanya siap Sudaji sudah di jalur kemenangan.
[ Reporter : Sarjana ]