News  

Sipandu Beradat, Tembok Terakhir Bali Melawan Disintegrasi Sosial

Denpasar, Balijani.id ~ Di tengah derasnya arus globalisasi yang mengikis akar budaya lokal, Bali justru menjawab dengan strategi berani: mengangkat warisan adat sebagai benteng keamanan.

Langkah monumental ini terwujud lewat program Sipandu Beradat (Sistem Pengamanan Lingkungan Terpadu Berbasis Desa Adat), yang digagas langsung oleh Gubernur Bali, Wayan Koster, dan kini menjelma sebagai salah satu dari 44 tonggak peradaban Bali Era Baru.

Bukan sekadar program, Sipandu Beradat adalah revolusi diam yang mengembalikan otoritas keamanan ke jantung komunitas adat. Diatur melalui Pergub Bali Nomor 26 Tahun 2020, sistem ini memperkuat peran Pecalang, bendesa, hingga krama adat dalam mengamankan wilayah, menyelesaikan konflik sosial, hingga menangkal penyusupan nilai-nilai destruktif yang tak sejalan dengan budaya Bali.

Resminya program ini diluncurkan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, bukan tanpa alasan. Forum Sipandu Beradat menjadi satu-satunya sistem pengamanan komunal yang diakui dan disokong penuh oleh institusi negara, sekaligus model unik yang tak ditemukan di daerah lain.

Per 2025, forum ini telah terbentuk di 1.493 Desa Adat, tersebar di seluruh kecamatan dan kabupaten/kota di Bali. Artinya, hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat Bali kini dinaungi sistem keamanan yang berpijak pada akar tradisi dan nilai-nilai lokal.

Dalam lanskap geopolitik dan sosial yang semakin cair, Sipandu Beradat menjadi tameng yang mengakar, bukan hanya menjaga keamanan fisik, tetapi juga membentengi identitas Bali dari ancaman disintegrasi budaya dan moral. Di tengah gempuran liberalisme dan modernisasi tanpa filter, Bali memilih berpijak pada jati diri.

[ Reporter : Sarjana ]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *