Buleleng, Balijani.id ~ Di tengah derasnya arus digitalisasi dan modernisasi, satu nama mencuat sebagai pelopor gerakan lingkungan di Bali Utara: Zanzan, Owner Omunity Bali. Pria ini bukan hanya sekadar pegiat lingkungan, namun telah menjelma menjadi “pejuang sampah” yang tak henti menyuarakan revolusi hijau melalui ide-ide brilian.
Berbasis di Desa Sudaji, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng, Zanzan menggagas sistem pengelolaan sampah berbasis kesadaran komunitas. Ia tak hanya membangun kesadaran masyarakat, tetapi juga menyuntikkan sentuhan teknologi digital untuk mengintegrasikan sistem pelaporan, pelacakan, hingga edukasi kepada para petani dan warga desa.
“Kita bicara tentang desa yang sudah juara di tingkat provinsi, nasional, bahkan Asia. Tapi kalau sampah plastik masih berserakan, apa gunanya semua itu?” tegas Zanzan saat ditemui di awak media.
Ia menyayangkan fenomena ‘sampah kiriman’ yang mengotori keindahan alam Sudaji. Padahal, Desa Sudaji sebelumnya dikenal sebagai ikon pariwisata organik Bali. Sudaji telah menyabet berbagai penghargaan, termasuk Juara 1 Desa Pariwisata Tingkat Provinsi, Juara 2 Nasional, hingga Juara Umum Asia untuk kategori desa wisata berkelanjutan.
“Ini bukan hanya soal kebersihan, ini soal identitas dan harga diri desa. Sudaji cantik tanpa sampah plastik, Sudaji unique with organic!” seru Zanzan dengan penuh semangat.
Zanzan mengajak seluruh pihak, termasuk pemerintah, tokoh adat, dan komunitas, untuk bersatu dalam gerakan konkret. Ia menegaskan perlunya “urun rembug” dan aksi nyata agar desa tak lagi terjebak dalam tumpukan sampah yang ironisnya justru datang dari luar desa.
“Saya tidak ingin Sudaji hanya jadi cerita masa lalu yang indah. Kita harus bangkit, bukan hanya untuk bersih-bersih, tapi membangun sistem. Sistem yang berkelanjutan, terintegrasi, dan melibatkan semua lapisan masyarakat, dari petani sampai generasi muda!”
Saat ini, Zanzan tengah menggencarkan gerakan Sudaji Go Digital for Environment, yang akan menghubungkan petani dengan platform edukasi dan pelaporan lingkungan. Harapannya, desa bisa mandiri dalam memantau dan menanggulangi masalah sampah secara real-time.
Gerakan Zanzan ini bukan sekadar kampanye. Ia telah merancang ide-ide gagasan berupa sistem pemilahan berbasis rumah tangga, bank sampah terpadu, hingga pembuatan pupuk organik dari limbah dapur. Semua dirancang agar masyarakat bisa merasakan langsung manfaat ekonomi dari kepedulian lingkungan.
“Kalau kita bisa bikin pariwisata kelas dunia, kenapa kita tidak bisa bikin desa bebas sampah? Ini waktunya!” pungkasnya.
Zanzan kini tengah menyiapkan audiensi bersama dinas terkait untuk mencari solusi komprehensif. Ia yakin, dengan dukungan semua pihak, Sudaji bisa menjadi model desa hijau digital pertama di Bali Utara.
[ Reporter : Sarjana ]