Singaraja, Balijani.id ~ Secara mengejutkan Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Bidang Kaderisasi dan Ideologi, juga Ketua Banteng Muda Indonesia (BMI) Buleleng DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, alias Dokter Caput, mundur dari PDI Perjuangan dan BMI Kabupaten Buleleng.
Bersama Dokter Caput, juga mundur dari PDI Perjuangan adalah pengurus inti BMI Buleleng bersama anggota BMI yang tersebar di seluruh pelosok Kabupaten Buleleng.
Aksi Dokter Caput bersama anggota BMI yang mundur dari partai besutan Megawati Soekarnoputri itu membuat PDI Perjuangan geger dan goyah bahkan nyaris rapuh.
Ini lantaran PDI Perjuangan Buleleng saat ini “tidak memiliki” Ketua DPC-nya, karena Ketua DPC PDI Perjuangan Buleleng Putu Agus Suradnyana juga kini hijrah ke Partai Gerindra. Bahkan Putu Agus Suradnyana secara terbuka dan terang-terangan menantang elite PDI Perjuangan dengan memasang baliho ukuran jumbo bersama De Gadjah, Ketua DPD Partai Gerindra Bali sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur Bali.
Menariknya, sampai saat ini PDI Perjuangan tidak berani memberikan teguran atau tindakan organisasi kepada Putu Agus Suradnyana yang menjabat Bupati Buleleng dua periode itu. Bahkan terkesan PDI Perjuangan tidak berani memecat Putu Agus Suradnyana dari PDI Perjuangan
Dengan mundurnya Dokter Caput yang merupakan kader militan di PDI Perjuangan bersama massa BMI maka kekuatan PDI Perjuangan Buleleng yang kini dikendalikan Sekretaris DPC PDI Perjuangan Buleleng Gede Supriatna bersama Wakil Ketua dr Nyoman Sutjidra, Sp.OG, kian melemah.
Apalagi secara teritorial, Cabup/Cawabup dr Nyoman Sutjidra, Sp.OG dan Gede Supriatna, SH, sama-sama dari Buleleng timur, maka akan terjadi gejolak dan resistensi dari publik Buleleng tengah dan Buleleng barat.
Dokter Caput menyatakan mundur dari PDI Perjuangan setelah Rekomendasi Calon Bupati dan Wakil Bupati Buleleng dikeluarkan oleh DPP PDI Perjuangan untuk dr Nyoman Sutjidra, Sp.OG, sebagai Cabup, dan Gede Supriatna, SH, sebagai Cawabup Buleleng.
Dokter Caput secara resmi mundur dari Partai PDI Perjuangan dengan menyerahkan Kartu Tanda Anggota (KTA) ke DPC PDI Perjuangan Buleleng , Jumat (16/8) siang. KTA langsung diserahkan kepada bagian sekretariat di DPC. Selain menyerahkan KTA juga membuat surat pengunduran diri yang ditembuskan ke DPC, DPD dan juga DPP. Bahkan seluruh kader di struktural sayap partai yakni di BMI Buleleng juga menyatakan mengundurkan diri dengan penyerahan baju partai.
Rekomendasi ini membuat gejolak dikalangan bawah karena dinilai tidak mewakili aspirasi bawah. I Nyoman Sutjidra dan Gede Supriatna berasal dari Wilayah Buleleng Timur, sedangkan wilayah tengah dan barat tidak ada keterwakilan.
Gejolak di tubuh partai sudah terlihat sejak diumumkannya rekomendasi dari DPP. Pendukung dari Nyoman Arya Astawa alias Mang Dauh menyatakan kekecewaan terhadap rekomendasi yang dikeluarkan. Kini dr Caput yang merupakan Wakil Ketua Bidang Kaderisasi Ideologi di DPC PDI Perjuangan Buleleng mengundurkan diri dari partai.
Menurut Caput, dirinya yang sudah menjadi kader partai sejak 1996 dan menerima KTA pada tahun 1999 sudah menentukan pilihan untuk mundur dari partai. Keputusan mengundurkan diri karena adanya desakan dari para pendukungnya atau arus bawah untuk keluar dari partai.
“Jelas keputusan ini saya ambil memang berat. Tapi inilah aspirasi dari teman-teman khususnya di BMI. Dan keputusan ini saya ambil yang tentunya dengan berbagai macam pertimbangan. Pertama saya sudah terlalu lama di PDI Perjuangan dari awal perjuangan dari tahun 1996 dan KTA pertama saya tahun 1999. Dari perjalanan itu banyak yang saya dapatkan,” tandas Dokter Caput.
“Dari ini saya ambil sikap khususnya untuk kebaikan kira semua. Kaderisasi harus berjalan. Itulah yang menjadi pemikiran saya, sekaligus pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih PDI Perjuangan yang selama sekian tahun hampir seperempat tahun saya di dalamnya saya dapatkan banyak hal. Masalah ideologi, masalah nilai-nilai di partai ini dan nafas dari partai ini yang selalu saya pegang, yang saya pakai dalam kehidupan saya di kemudian hari di masyarakat dan ini sangat bernilai bagi saya,” paparnya.
Dokter Caput menyatakan, “Pada kesempatan ini saya juga minta maaf kepada teman-teman yang sudah sekian tahun tahun kita ajak bergelut di partai. Dan saya keluar dari partai tapi rasa persahabatan, rasa persaudaraan, rasa pertemanan, ini tidak akan pernah putus.”
Menjawab pertanyaan wartawan soal kekecewaan terkait rekomendasi, Dokter Caput menegaskan, “Kekecewaan pasti, tapi ini (mundur diri, red) kita ambil dari apresiarmsi di bawah. Pasti kekecewaan itu mendasari tapi bukan itu saja, banyak hal, dan itulah yang membuat kita harus sama-sama mengintrospeksi, kita harus sama-sama berpikir, kita harus mau dewasa untuk berpikir sehingga ke depannya tentu kita akan melangkah untuk lebih baik lagi.”
Terkait dengan rekoemendasi, dr Caput menyatakan dirinya menghormati rekomendasi yang telah dikeluarkan oleh DPP PDI Perjuangan. Dan itu merupakan keputusan partai untuk menentukan siapa yang ditugaskan. Ia juga nantinya akan tetap berjuang untuk kepentingan masyarakat Buleleng meskipun bukan dari kader partai PDI Perjuangan.
“Belum ada rencana pindah ke partai lain. Saya tetap akan melaksanakan kegiatan sosial ke masyarakat. Saya mengucapkan terima kasih atas pelajaran yang diberikan oleh partai PDI Perjuangan selama ini. Ideologi yang diberikan selama ini akan terus saya gunakan untuk membantu masyarakat,” tandas dr Caput.
“Masyarakat sudah tahu siapa yang layak dan siapa yang tidak layak (menjadi bupati Buleleng). Masyarakat sudah melek, masyarakat tidak bodoh. Biarkanlah masyarakat yang menilai, karena masyarakat sudah tahu yang layak dan tidak layak,” ucap dr Caput menyindir.
[ Reporter : Sarjana ]