Buleleng, Balijani.id ~ Desa Pengastulan Kecamatan Seririt merupakan salah satu desa di pesisir Bali utara yang memiliki potensi gempa bumi dan tsunami karena berada di dua jalur lempeng bumi diantaranya Lempeng Flores atau Flores Trust. Pengalaman sebelumnya ditahun 1976 desa tersebut pernah luluh lantak akibat dihantam gempa bumi dengan kekuatan 6,6 skala richter.Ratusan korban luka dan meninggal akibat peristiwa itu serta meninggalkan trauma cukup mendalam buat warga setempat.
Untuk memberikan pemahaman yang benar apa itu gempa bumi dan tsunami serta cara melakukan antisipasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Badung menginisiasi Sekolah Lapang Gempa Bumi (SLG) 2023.SLG tersebut digelar selama dua hari sejak Selasa (30/05/2023) dengan tujuan untuk penguatan kapasitas komunitas Desa Pengastulan dalam menghadapi bencana gempa bumi dan tsunami.Pada saat yang sama dikukuhkan Forum Pengurangan Resiko Bencana Desa Pengastulan oleh BMKG dengan menunjuk Hilman Eka Rabbani sebagai Ketua Forum.
Saat pembukaan pelaksanaan SLG yang digelar di Hotel Gran Surya Seririt, hadir Kepala Stasiun Geofisika Denpasar Arief Tyastama, S.Si, M.Si, Kepala Balai Besar Meterorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Cahyo Nugroho, S.E, S.Si dan Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Suci Dewi Anugrah, S.Si, M.Si, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng Putu Ariadi Pribadi,Muspika Kecematan Seririt serta Kepala Desa Pengastulan Putu Widyasmita dan Lurah Seririt I Gusti Putu Sugiro.
Kepala Stasiun Geofisika Denpasar Arief Tyastama, S.Si, M.Si mengatakan, pelaksanaan SLG merupakan salah satu implementasi atas peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah,diantaranya Perpres No.61/2008 yang menyebutkan BMKG mempunyai tugas pemerintahan dan beberapa fungsi yang salah satunya soal geofisika.Dan BMKG dalam satu misinya yakni meningkatkan pemahaman informasi meteorologi,kliamtologi dan geofisika untuk kepentingan pembangunan nasional dan pengurangan resiko bencana.
Menurutnya, Desa Pengastulan merupakan salah satu wilayah pesisir dalam sejarahnya pernah diterjang gempa bumi dahsyat pada tahun 1976. Berdasar peta bahaya tsunami dengan skenario terburuk Desa Pengastulan memiliki nilai kritis dari waktu gelombang tsunami (ETA) dengan selisih waktu 4 menit dan ketinggian rendaman tsunami (ETH) mencapai 0,5- 3 meter.
”Sebagai wilayah yang memiliki tingkat kerawanan tsunami tinggi perlu disiapkan sistim mitigasi bencana tsunami diwilayah Desa Pengastulan berbasis 12 indikator masyarakat siaga tsunami serta sekaligus mencanangkan Desa Pengastulan sebagai salah satu desa tangguh tsunami,” katanya.
Dan kegiatan SLG ini merupakan peran dan wujud BMKG untuk meningkatkan pemahaman tidak saja kepada BPBD, TNI, Polri, OPD namun masyarakat dan sekolah tentang informasi gempa bumi dan rantai peringatan dini tsunami serta untuk mengetahui tingkat kesiapan masyarakat terhadap potensi gempa dan tsunami.
Terkait potensi gempa bumi dan tsunami di wilayah Buleleng,menurut Arief Tyastama bisa terjadi gempa bumi dan tsunami berdasar data tertarget maksimal 7,4 SR.
Sementara sejumlah sumber gempa berada di Seririt dan sekitarnya seperti yang pernah terjadi pada tahun 1976 serta di Desa Tejakula, Kecamatan Tejakula.
”Ada dua pergerakan lempeng tektonik yang disebut cesar cungkup belakang atau FloresTrust ada juga Rembang Madura,Kangean,Sakalang (RMKS) yang cukup berbahaya menimbulkan gempabumi dan tsunami,” tandas Arief Tyastama.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan BPBD Buleleng Putu Ariadi Pribadi, mewakili Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana mengatakan wilayah pesisir Buleleng terbentang sejauh 157,05 Km dengan topografi nyegara gunung.Dan Buleleng juga menyimpan potensi bencana karena itu berdasar Perbup No 59/2022 tentang kajian resiko bencana tahun 2022-2026 Buleleng memiliki 9 potensi bencana.
“Sembilan potensi bencana itu yakni gempa bumi, tsunami, banjir ,tanah longsor, kekeringan, gelombang ekstrim, cuaca ekstrim, kebakaran hutan dan lahan serta banjir bandang, ini artinay wilayah Buleleng rawan bencana,”kata Ariadi.
Dan SLG ini merupakan kegiatan untuk memberikan edukasi serta meningkatkan pemahaman serta kesiapsiagaan pemerintah daerah dan masyarakat pesisir dalam menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami.
”Kegaiatan SLG ini diisi dengan kegiatan sosialisasi,edukasi dan simulasi penanggulangan bencana gempa bumi dan tsunami sehingga warga dalam kumpulan komunitas menjadi mandiri dan Tangguh dalam menghadapi bencana dengan dibentuknya Forum Pengurangan Resiko Bencana (Forum PRB) Desa Pengastulan. Kami berterima kasih kepada BMKG khususnya Balai Besar Meteorologi, Kliamtologi dan Geofisika Wilayah III yang telah memilih Desa Pengastulanuntuk tempat pelaksanaan SLG dan Pemasaangan Sensor Tsunami Gauge untuk mencatat anomaly muka air laut,” ucapnya.
[ BJ/TIM ]