Berita Sarin Gumi Nusantara
RedaksiIndeks
News  

PANCASILA: Jalan Yang Paling Tepat Tapi Tidak Mudah

Oleh: Dr. Simon Kasse

Nusa Tenggara Timur, Balijani.id ~ Dalam menghayati dan memperingati hari kesaktian Pancasila tanggal 1 Oktober 2022 bahwa Pancasila sebagai Ideologi bangsa karena memiliki nilai-nilai yang terintegral dalam setiap sila. Dalam perjalanan sejarah bangsa, Pancasila telah melewati tantangan dan ancaman, karena itulah saya tulisan singkat ini dipusatkan pada judul tersebut: Pancasila: jalan yang paling tepat bagi bangsa Indonesia tetapi tidak muda.

Di pentas sejarah Indonesia menggambarkan pada tahun 1948 Pancasila berhadapan dengan ideologi Komunis yang kemudian dikenal dengan nama peristiwa Medium. Pada waktu itu bangsa Indonesia dihadapkan pada pilihan, terus berjalan dengan Pancasila atau beralih menjadi sebuah Sovyet Indonesia berdasarkan faham komunisme. Melalui perjuangan yang tidak mudah, bangsa Indonesia terus berjalan di atas dasar Pancasila. Berbagai peristiwa-peristiwa lain pemberontakan bersenjata dan separatisme, seperti munculnya RMS di Maluku, pada hakekatnya pula serangan terhadap Pancasila. Selanjutnya kita juga mengalami adanya keinginan menggantikan Pancasila dengan pernyataan-pernyataan bernuansa agama dan diperjuangkan dengan kekerasan sebagaimana terlihat dalam perjuangan DI/TII di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan, dan Pemberontakan G30S 1965 yang sangat menarik masyarakat Indonesia untuk mendalami gerakan ini sebab sesudah peristiwa tersebut tepat tanggal 1 Oktober ditetapkan oleh pemerintah sebagai hari “Kesaktian Pancasila.” Adalah hari nasional di Indonesia sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 153 Tahun 1967. Walaupun diperhadapkan dengan pengujian yang sangat berat, tetap menjadi dasar Negara, tetapi menjadi Ideologi bangsa Indonesia

Saya kira kita semua memiliki pemahaman yang sama bahwa memilih Pancasila adalah jalan yang paling tepat, paling arif. Sebab dengan memilih jalan itu, kita juga harus mengatakan bahwa kita telah melewati jalan yang sulit (kita menyimak sejarah Indonesia), karena suatu jalan yang menuntut kesediaan kita yang tulus untuk terus-menerus berada dalam ketegangan kemajemukan dan kesatuan. Memelihara keseimbangan diantara keduanya tidaklah mudah. Walau demikian kita terus dan tetap melintasi jalan Pancasila karena jalan yang memasuki kebhinekaan suku, dan ras, sebagai “asset” jalan Pancasila atau kekayaan bangsa justru di dalam kebhinekaannya. Tetapi jalan Pancasila juga memberikan pagar-pagar pembatas agar kebhinekaan itu tetap berfungsi sebagai kekayaan dan modal bangsa, dan tidak sebaliknya berfungsi sebagai potensi konflik yang mengancam kesatuan/persatuan bangsa. Yang dimaksud saya adalah kita sebagai satu bangsa yang ada dalam masyarakat selalu bersama/hidup bersama, bekerja bersama dan berjuang bersama dalam setiap interaksi yang dinamis. Tetapi perlu diingat bahwa di dalam setiap interaksi yang dinamis, wajar bila sewaktu-waktu atau di sana-sini terjadi perbedaan atau bahkan ketegangan-ketegangan tetapi jangan menodai Pancasila. Namun perbedaan dan ketegangan adalah bagian dari proses kreatif untuk bersama-sama mencari suatu sintesa baru untuk saling beradaptasi dengan tetap menjaga persatuan/kesatuan

Jalan Pancasila adalah jalan yang paling tepat, karena Pancasila sebagai sumber nilai. Jelas bahwa Pancasila adalah dasar negara. Pancasila juga disebut ideology bangsa. Berbicara tentang ideology, berarti berbicara mengenai kesepakatan politik di mana menjadi fondasi yang kuat untuk Indonesia tegak berdiri. Oleh sebab itu revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam semangat juang kita. Sila pertama sebagai titik berangkat, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, mengasumsikan bahwa ada ruang luas diberikan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk beragama sesuai dengan pilihannya masing-masing. Beragama berarti juga mengamalkan nilai-nilai agama di dalam kehidupan bersama

Kemanusiaan yang adil dan beradab.” Kita semua adalah makhluk yang ber-Tuhan yang selalu berkeadaban dengan membawa kabar baik bukan kabar buruk bagi sesama, sehingga kehidupan yang beretika akan terus merawat keutuhan bangsa. Sikap beragama yang baik apabila dikaitkan dengan hidup berkeadilan dan berdemokrasi di alam Indonesia. Dalam keberagaman kita mesti mencerminkan keadilan sosial. Inilah nilai-nilai yang mesti kita pegang teguh dalam mengisi jalan Pancasila.

Salam mendalami dan memperingati hari Kesaktian Pancasila.

Editor: Jitro/020/NTT

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *