Denpasar, Balijani.id – Musyawarah Provinsi pemilihan Ketua KONI Bali akan dilaksanakan pada tanggal 19 Maret 2022 namun kriteria seorang calon ketua sering dipertanyakan.
Seorang calon Ketua KONI harus memiliki intelektualitas dan intelijensi tinggi serta mempunyai kepribadian yang betul-betul tinggi, karena jabatan itu bukan untuk dirinya ataupun kelompok.
Hal tersebut diungkapkan praktisi hukum Togar Situmorang yang juga turut maju dalam pemilihan Ketua KONI Bali, di kantornya hari Sabtu (12/3/2022)
“Yang pertama seorang Ketua KONI, ke depan harus betul-betul mengayomi dari pada cabang – cabang olah raga (Cabor) yang ada di bawahnya,” ujarnya.
Yang kedua imbuh Togar, seorang Ketua KONI ke depan dia harus transparan terkait penggunaan anggaran. “Karena kenapa? Bagaimana kita bisa menciptakan atlet-atlet yang punya prestasi kalau kita tidak mengayomi atlet kita sendiri beserta pelatih sesuai dengan anggaran yang harus kita penuhi. Jangan membebani atlit dan pelatih, cabor – cabor bukan mencari dana sendiri atau mengumpulkan uang sendiri,” bebernya.
Togar menambahkan apabila seseorang memegang mandat sebagai Ketua KONI maka harus mampu me-manage seluruh yang ada di kiri kanan kita seperti ada perusahaan swasta baik bank, perusahaan maupun usaha apapun untuk diajak bersama mencetak atlet berprestasi lebih maju dan mumpuni.
“Dalam menjalankan tugas sebagai pengurus KONI jangan ada mental KKN ingin melanggengkan kekuasaan artinya menciptakan kroni-kroni baru ataupun menciptakan raja-raja kecil tidak mau menjunjung asas demokrasi.
Hal inilah yang sangat disayangkan,” tandas Togar yang juga pengamat kebijakan publik ini.
“Pihaknya berharap KONI ke depan kalau memang ada pencalonan Ketua KONI yang baru kenapa tidak terjun bebas! Kita tampung misi visi, kalau calon ketua lebih revolusioner, lebih modern, lebih bisa mengakomodir sport tourism kenapa tidak? Karena olahraga itu sudah menjadi suatu industri dan bukan hanya sekedar hobi seperti yang kita lihat di luar negeri orang-orang atau juga para atlet olahraga menjadi orang yang utama dalam bidang olahraganya,” paparnya.
Para atlet tidak lagi bekerja di bidang lain cukup menekuni olah raga yang ia kuasai sudah cukup mendatangkan pundi-pundi penghasilan untuk biaya hidup. Kalau atlet kita tidak jamin kesejahteraannya dan kemakmurannya bagaimana atlet mau berprestasi.
Togar mengharapakan jangan sampai menciptakan kroni-kroni saja kalau bisa terbuka saja atau tarung bebas jangan sampai dalam pecalonan ketua dipersulit dengan syarat-syarat harus mendapatkan 20 dukungan suara ini menurutnya naif. “Ini berarti ada seseorang yang takut sebelum bertanding maka ditaruhlah orang – orang yang bosa dikendalikan, jadi ya untuk apalagi diadakan pemilihan ketua,” tegasnya.
“Saya Ketua POSI (Persatuan Olah Raga Selam Indonesia) Denpasar mencalonkan diri dalam pemilihan Ketua KONI ingin ngayah, ingin berbakti. Hal ini akan berat karena belum tentu saya dikenal di provinsi tetapi saya ingin mengadakan perubahan di KONI jadinya terkebiri dengan adanya orang – horang yang sudah diciptakan atau disiapkan sebelumnya. Berarti dirinya kalah sebelum bertanding dengan syarat – syarat yang tidak ada hubunganya.
Togar Situmorang juga menyoroti faktor usia Calon Ketua KONI yang sudah tua. Alangkah bagusnya kalau Ketua KONI dari kaum milenial yang lebih fresh sehingga KONI lebih melesat agar bisa sejajar dengan atlet- atlet nasional apalagi bisa sampai ke tingkat internasional .
Masalah pendanaan perlu mendapatkan perhatian serius terutama dari sektor perusahaan swasta. Ia menontohkan dulu sudah ada sponsor dari pihak swasta seperti produk minuman kenapa tidak dilanjutkan. Kolaborasi ini bisa mendatangkan keuntungan bagi kedua pihak . Keuntungan satu rupiah saja dikali banyak bisa menghidupkan UMKM dan KONI dapat kontribusi dari penjualan produk jadi UMKM maju sedang KONI dapat dana segar. Tidak terus selalu mengharapkan APBD atau dana dari masyarakat kan susah.
Kalau perlu dukung UMKM dan dirangkul semuanya berkolaboarasi bisa saling mendukung dan menguntungkan. Jangan hanya berusaha di Bali tanpa ada usaha mendukung Bali paling tidak ada kontribusi dalam bidang olah raga
Berkolaborasi bisa saling mendukung dan menguntungkan.
Togar Situmorang juga menyoroti faktor usia Calon Ketua KONI yang sudah tua. Alangkah bagusnya kalau Ketua KONI dari kaum milenial yang lebih fresh sehingga KONI lebih melesat agar bisa sejajar dengan atlet nasional apalagi bisa sampai ke tingkat internasional .
Masalah pendanaan perlu mendapatkan perhatian serius terutama dari sektor perusahaan swasta. Contoh dulu kan sudah ada sponsor dari pihak swasta seperti produk minuman kenapa tidak dilanjutkan. Kolaborasi ini bisa mendatangkan keuntungan bagi kedua pihak . Keuntungan satu rupiah saja dikali banyak bisa menghidupkan UMKM dan KONI dapat kontribusi dari penjualan produk jadi UMKM maju sedang KONI dapat dana segar. Tidak terus selalu mengharapkan APBD atau dana dari masyarakat kan susah.
“Kalau perlu dukung UMKM dan dirangkul semuanya berkolaborasi bisa saling mendukung dan menguntungkan. Jangan hanya berusaha di Bali tanpa ada usaha mendukung Bali paling tidak ada kontribusi dalam bidang olahraga,” tutupnya.(003/tim/red)