Tabanan, Balijani.id — pengageng Ageng Manca Agung Trah Ida Dhalem Shri Aji Tegal Besung Provinsi Bali, Prof. Dr. I Dewa Nyoman Oka, M.Pd menegaskan, pasemetonan Manca Agung didirikan dengan tujuan untuk mempersatukan pasemetonan, untuk kebersamaan dan kesetaraan dan untuk mencegah feodalisme, semua sama, setara dan sederajat.
Tidak ada feodalisme di Manca Agung. Semua semeton sama dan setara.
Hal itu ia tegaskan dalam sambutannya sebelum dibukanya Pesamuhan Agung IV Manca Agung Trah Ida Dhalem Shri Aji Tegal Besung dan Lounching Buku Seri ke-2 berjudul “Dinamika Kepemimpinan Ida Dhalem Shri Aji Kresna Kepakisan di Balidwipa 1352-1560 Masehi” di Gedung Kesenian Ketut Mario, Tabanan, Minggu, 30 Januari 2022.
Pihaknya kembali mengingatkan kepada seluruh semeton Manca Agung agar selalu berpedoman kepada Bhisama Leluhur, Ida Dhalem Shri Aji Tegal Besung.
Menurut Prof. Oka, bhisama leluhur harus menjadi mindsetu dan pedoman bagi setiap langkah kegiatan semeton Manca Agung.
Dikatakan, tiga poin bhisama leluhur itu adalah (1) Jangan lupa leluhur dan harus ingat tangkil bersembahyang di Pura Dhalem Samprangan, linggih Ida Bethara Lelangit Ida Dhalem Sri Aji Kresna Kepakisan; (2) Jangan pernah berhenti belajar, termasuk belajar tentang sejarah perjalanan leluhur; (3) Jangan lupa kepada saudara (semeton) satu leluhur.
“Salah satu cara untuk lebih mengenal leluhur adalah dengan membaca buku Manca Agung Seri ke-2 berjudul “Dinamika Kepemimpinan Ida Dhalem Shri Aji Kresna Kepakisan di Balidwipa 1352-1560 Masehi yang kita lounching hari ini” ujarnya.
Ia berharap, seluruh semeton Manca Agung wajib membaca buku ini. Dengan mengetahui sejarah Manca Agung, menurutnya, mindset semeton manca Agung akan semakin luas dan lengkap sehingga selalu ingat dan bhakti kepada leluhur.
Sejarah menunjukkan bahwa Ida I Dewa Tegal Besung adalah tokoh Bali yang lahir dari perkawinan darah biru, ayah beliau Ida Dhalem Shri Aji Kresna Kepakisan dan Ibu beliau I Gusti Ayu Kuta Waringin adalah keturunan Raja Bali, Shri Kesari Udayana Warmadewa.
Pihaknya selaku pengurus Manca Agung Provinsi Bali bersama jajaran mengaku sangat bersyukur, berkat kerja keras dan pengabdian yang tanpa kenal lelah semeton manca Agung, Pasemetonan Manca Agung Trah Ida Dhalem Shri Aji Tegal Besung telah memiliki kepengurusan di 9 kabupaten/kota di Bali.
Menurutnya, kehadiran Manca Agung di Bali mulai dirasakan manfaatnya oleh semeton dan krama Bali secara umum, melalui berbagai kegiatan sosial terhadap korban bencana. Ia memberikan contoh bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak banjir bandang di Nusa Penida, Manca Agung menyalurkan bantuan sembako yang terdiri dari 50 kg beras, 1 krat telor, 1 dus mie instan dan uang senilai Rp. 500.000 kepada setiap keluarga terdampak bencana.
Gubernur Bali Wayan Koster dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Dinas PMA, Agung Kartika berharap, Pasemetonan Manca Agung Trah Ida Dhalem Shri Aji Tegal Besung dapat ikut memahami, menghayati, dan melaksanakan nilai-nilai kearifan Lokal Sad Kerthi ke dalam laku hidup sehari-hari.
Kearifan lokal Sad Kerthi yang disarikan dari wejangan para Penglingsir, Guru-guru Suci Waskita dan Tetua Bali yang mengandung ajaran yang sangat mulia tentang tata cara Krama/Masyarakat Bali menjalani kehidupan yang harmonis dan saling mengasihi, baik dengan sesama manusia maupun terhadap alam beserta isinya.
Harapan Gubernur Bali, itu disampaikan sesaat sebelum membuka Pesamuhan Agung IV Manca Agung Trah Ida Dhalem Shri Aji Tegal Besung dan Lounching Buku “Dinamika Kepemimpinan Ida Dhalem Shri Aji Kresna Kepakisan di Balidwipa 1352-1560 Masehi”.
Menurut Koster, jika nilai-nilai kearifan Lokal Sad Kerthi dilaksanakan, maka manusia Bali akan menemukan kebahagiaan dan kesejahteraan yang sejati baik secara niskala maupun sakala.
“Saya berharap kepaa seluruh Pasemetonan Manca Agung ikut membangun soliditas dalam upaya menjaga dan melestarikan adat, agama, tradisi, seni dan budaya, serta kearifan lokal Bali untuk bersama-sama membangun Bali” ujarnya.
Ratu Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun yang juga Bhagawanta Gubernur dan Wakil Gubernur Bali saat memberikan ugrawacana menegaskan kembali pentingnya mempedomani visi sekaligus motto Pasemetonan Manca Agung “Satya Nangun Swabawaning Rna”. Intisari dari bhisama leluhur ini, beliau gunakan sebagai dasar memberikan arahan dan masukan kepada Gubernur Bali Wayan Koster dan Wakil Gubernur Bali, Prof. Dr. Tjokorde Oka Artha Ardhana Sukawati, M.Si di dalam menyusun kebijakan pembangunan Bali yang mengusung visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
“Syukurlah Gubernur dan Wakil Gubernur Bali saat ini mau mendengarkan saran-saran Ratu Bhagawan untuk menjaga warisan leluhur, adat dan budaya Bali” ujar Ratu Cri Bhagawan Putra Natha Nawa Wangsa Pemayun.
Menurutnya, pemerintah Provinsi Bali saat ini dalam menyusun kebijakan pembangunan Bali bukanlah sebatas mewujudkan manusia unggul Bali Era Baru tetapi yang lebih utama adalah mewujudkan “manusa kabinawa” yang terdiri dari Prabhu Sakti (Maha Berkuasa); Kriya Sakti (Maha Karya); Jnana Sakti (Maha Berpengetahuan) dan Wibhuh Sakti (Maha Pemurah).
Sejarah cikal bakal perjanan leluhur sejak runtuhnya Kerajaan Majapahit pada Tahun Caka 1.274 atau 1.352 Masehi sampai kepemimpinan Ida Dhalem Shri Aji Tegal Besung di Bali dan lahirnya putra-putra Beliau yang berjumlah lima sehingga disebut Manca Agung. Kelima putra Beliau adalah I Dewa Gedong Arta, I Dewa Nusa, I Dewa Pagedangan, I Dewa Anggungan dan I Dewa Bangli.
Sebelum acara pokok Pesamuhan Agung IV, Pengageng Ageng Manca Agung Provinsi Bali, Prof. I Dewa Nyoman Oka melantik dan mengambil sumpah Penglingsir Ageng Manca Agung Kabupaten Buleleng, Ir. Nyoman Merta, M.I.Kom dan Pengageng Manca Agung Kabupaten Buleleng, I Putu Artawan, B.Sc, CHS yang dilanjutkan dengan serah terima Pataka/Bendera Manca Agung Kabupaten Buleleng dan Surat Keputusan Kepengurusan Manca Agung Kabupaten Buleleng dari Pengageng Ageng Manca Agung Provinsi Bali kepada Penglingsir Ageng dan Pengageng Manca Agung Kabupaten Buleleng.
Pesamuhan Agung IV Manca Agung juga menyepakati pengukuhan Panitia Tahunan untuk Tahun 2022 untuk menugaskan kembali Sang Putu Eka Pertama (MA Gianyar) sebagai Ketua Panitia agar segera melengkapi kepanitiaan Tahun 2022 yang mengakomodasi semeton pengurus Manca Agung di seluruh Kabupaten.Kota se Bali.
Hadir dalam Pesamuhan Agung IV tersebut, Ketua DPRD Bali, Nyoman Adi Wiryatama, Ketua DPRD Tabanan, Made Sudirga, Penglingsir Trah Arya Kenceng, Penglingsir Trah Arya Kuta Waringan, Penglingsir Manca Agung, I Dewa Putu Banjar, Sejarawan Dr. I Dewa Made Darmawan, Penulis Buku Manca Agung Seri ke-2, Anak Agung Gede Mayun (Puri Ageng Tulikup Gianyar), Pengurus Manca Agung Provinsi Bali seperti Penyarikan Agung I Dewa Putu Gede Suarjaya, Wakil Ketua Pengurus Harian Nyoman Tastra, Penglingsir dan Pengurus Manca Agung Kabupaten/Kota se Bali; semeton Manca Agung dari seluruh Bali dan tokoh masyarakat se Kabupaten Tabanan dengan jumlah peserta sekitar 400 an orang dengan tetap menjalankan protokol kesehatan secara tertib dan disiplin (003/Red)