Berita Sarin Gumi Nusantara
RedaksiIndeks
News  

Tuntas, Pemindahan Pedagang di Terminal Wangaya Denpasar

Denpasar, Balijani.id — Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Denpasar tuntas memindahkan (merelokasi) pedagang yang berjualan di Terminal Wangaya, Jl. Kartini ke Pasar Cokro (eks Tiara Grosir). Pasalnya, 23 pedagang dari 113 pedagang belum pindah dan membongkar kios, akhirnya Jumat (28/1) dibongkar bersih.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Denpasar, Ketut Sriawan, S.E., didampingi Kasatpol PP Kota Denpasar, AAN Bawa Nendra mengatakan, pemindahan pedagang di Terminal Wangaya ke Pasar Cokro kolaborasi gotong royong Dishub Kota Denpasar dengan pedagang, Satpol PP Kota Denpasar, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar, dan kepolisian. Apa yang menjadi harapan bersama untuk mengembalikan fungsi terminal bisa diwujudkan dengan baik.

”Kami bersama isntansi terkait mengawasi pembongkaran kios yang dilakukan para pedagang yang tetap ingin berjualan di Terminal Wangaya. Sebelum dilakukan pembongkaran kios yang tersisa sudah dilakukan koordinasi, sehingga mereka sendiri membongkar,’’ tutur Sriawan.

Ia mengungkapkan, relokasi pedagang di Terminal Wangaya sudah diberikan tempat oleh Perumda Pasar Sewakadharma Kota Denpasar di Pasar Cokro, Jl. Cokroaminoto dan para pedagang ingin kembali berjualan. Setelah dilakukan penataan aset difungsikan kembali sebagai Terminal Wangaya, para pedagang akhirnya menyadari dan mengerti.

Awalnya kios pedagang dibongkar oleh petugas Dishub, Satpol PP, kepolisian dan Dinas LHK, para pedagang sadar membongkar sendiri kiosnya. ’’Kami menucapkan terima kasih kepada para pedagang dengan sadar membongkar sendiri kiosnya. Manfaatkan ruang dan tempat yang sudah disiapkan Perumda Pasar Sewakadharma sebagai tempat berjualan,’’ ujarnya.

Lebih lanjut Sriawan mengemukakan, masyarakat yang ingin berjualan agar memanfaatkan sesuai peruntukan sehingga tidak mengganggu pergerakan lalu lintas, fungsi ruang dan aset negara mula diberi pengertian dan disadarkan.

Ditanya jumlah pedagang yang berjualan di Terminal Wangaya, Sriawan menjelaskan, tercatat 113 pedagang. Dari 113 pedagang ternyata 23 pedagang yang tersisa dan belum pindah ke Pasar Cokro. Ke 23 pedagang tersebut masih ingin berjualan di Terminal Wangaya langsung diarahkan berjuaan ke Pasar Cokro agar Terminal Wangaya bisa difungsikan kembali sesuai peruntukan.

”Kami kerja sama dengan pedagang membongkar kios yang belum dibongkar. Kami menyiapkan armada pikap untuk mengangkut bongkaran kios dan barang dagangan, Namun mereka seua membawa mobil dan kita bersama DLHK membersihkan sampah yang ada,’’ ucapnya.

Sriawan menegaskan, pembersihan pedagang yang berjualan di Terinal Wangaya adalah batas terakhir, sehingga wajah Kota Eenpasar betul-betul bersih dan asri. Sebab, Teriminal Wangaya berada di jantung Kota Denpasar Jl. Kartini arus lalu lintas cukup padat ditata kembali agar bersih, asri dan rindang.

Terminal Wangaya luasnya 19 are dan kalau sudah bersih difungsikan kembali untuk AKDP (Angkutan Kota Antar Desa) jurusan Denpasar-Plaga Badung. Angkutan tersebut masuk ke terminal melayani simpul-simpul transportasi, baik kunjungan ke Pasar Badung maupun objek wisata yang ada di Kota Denpasar, sehingga fungsi ruang jelas sesuai peruntukannya’’ terang Sriawan.

Disinggung pedagang yang masih berjualan di trotoar dan badan Jl. Kartini dan Jl. Kumba Karna, Sriawan menyatakan, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait menertibkan pedagag tumpah yang ada. ”Setelah Terminal Wangaya bersih, kita lakukan penataan di Jl. Kartini dan sekitar. Kalau ada pedagang mengganggu arus lalu lintas, kita berkoordinasi dengan adat, kepala lingkungan dan semua stakeholder. Siapa mengkoodinir pedagang dipinggir jalan mengganggu lalu lintas kita koordinasikan dengan instansi terkait,’’ paparnya.

Sementara salah seorang pedagang asal Karangasem tinggal di Jl. Gunung Andakasa Denpasar, Putu Sudani mengaku, sulit berjualan di Pasar Cokro karena sepi pembeli. ”Saya ingin tetap berjualan di Terminal Wangaya karena langganan dekat dan pasar setiap hari ramai. Kalau di Pasar Cokro berjualan tiga hari satupun tidak ada pembeli sehingga barang yang dijual busuk dan menguning,’’ tandas Sudani. (002)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *